Bahlil: Siapa Pun Menteri Investasi, Jangan Bubarkan Hilirisasi

Zaenuddin/Katadata
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia saat memberikan paparan di ASEAN BAC Indonesia’s Summit Week 2023 di Hotel Sultan Jakarta Sabtu (2/9).
31/1/2024, 14.50 WIB

Calon wakil presiden nomor urut dua, Gibran Rakabuming Raka menggaungkan hilirisasi demi memperluas program hilirisasi pemerintah. Hilirisasi tersebut terutama mempertimbangkan cadangan berlimpah nikel dan timah, serta potensi besar energi baru dan terbarukan Indonesia. 

Atas rencana tersebut, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia buka suara. Ia menyampaikan realisasi investasi bidang hilirisasi mencapai Rp 375,4 triliun di 2023. Menurut Bahlil, pencapaian tersebut merupakan 26,5% dari total realisasi investasi dari periode Januari-Desember 2023. 

"Hilirisasi ini dalam periode 2023 itu kurang lebih sekitar 26,5% dari total realisasi investasi kita Rp 1.417 triliun," kata Bahlil dalam acara “Trimegah Political and Economic Outlook 2024” di The Ritz-Carlton Ballroom, Pacific Place Jakarta, Rabu (31/1).

Tak hanya itu, Bahlil menegaskan realisasi investasi di bidang hilirisasi wajib ditingkatkan hingga periode pemerintahan selanjutnya. Kemudian, ia menyebut idealnya minimum harus bertambah sebanyak 45% kedepannya. Dengan demikian, pemerintah harus mencari target penambahan 19%. Ia mengatakan kebijakan itu harus terus dijalankan setelah dirinya selesai menjabat. 

Ia berpesan agar menteri investasi selanjutnya tetap melanjutkan kebijakan hilirisasi tersebut. Bahkan ia menegaskan jangan sampai hilirisasi dibubarkan.

"Siapa pun yang menjadi menteri investasi, tugas ia adalah melanjutkan dari 26% menjadi 45%. Bukan mengaburkan atau membubarkan hilirisasinya karena kalau tidak, ini berbahaya," kata ia.

Menanggapi hal tersebut, Dewan Pengurus Koalisi Ekonomi Membumi Gita Syahrani mengaku awalnya sedikit bingung terkait pernyataan Gibran soal hilirisasi di hasil tambang.

Menurut Gita,  pasangan calon atau paslon yang berbicara mengenai pemanfaatan sumber daya alam harus melihat peluang yang lainnya. Ia mencontohkan terkait agroforestri yakni pengelolaan sumber daya yang memadukan kegiatan pengelolaan hutan dengan penanaman komoditas atau tanaman jangka pendek. 

“Kita bisa melihat bagaimana agroforestri bisa menghasilkan banyak sekali peluang yang harganya mahal. Dari hutan secara global itu nilainya itu lebih dari US$ 15 miliar,” ujarnya.

Gita menilai paparan Gibran hanya menyoroti hilirisasi industri ekstraktif yang akan sangat jauh dari skema ekonomi hijau. Industri ekstrataktif adalah industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam. 

“Sampai ke akhir, hilirisasi tetap tersedot perhatiannya lebih ke ekstraktif, kesuburan tanah  tidak diperhatikan secara holistik,” ucapnya.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila