MicroStrategy berencana untuk menggalang dana melalui penerbitan obligasi konversi kedua untuk membeli Bitcoin. Penawaran obligasi konversi kedua ini hanya berselang sepuluh hari dari penawaran obligasi konversi pertama seiring strategi MicroStrategy yang agresif mengoleksi aset kripto tersebut.
Perusahaan peranti lunak ini mengatakan akan menawarkan obligasi konversi senilai US$500 juta atau sekitar Rp 7,8 triliun. Obligasi yang akan jatuh tempo pada 2031 itu akan ditawarkan kepada investor institusional. Pada 5 Maret, perusahaan mengumumkan penawaran obligasi konversi yang berlangsung secara tertutup senilai US$600 juta (Rp 9,36 triliun).
Saham MicroStrategy turun 5%, pada Kamis (14/3), setelah mencapai level tertinggi dalam 24 tahun terakhir di sesi sebelumnya. Harga saham emiten teknologi itu telah melonjak hampir tiga kali lipat sejak awal 2024.
Bitcoin, mata uang kripto terbesar di dunia, mencapai rekor tertinggi baru di US$73.803 (Rp 1,15 miliar), membawa kenaikan tahunannya menjadi hampir 70%. Namun, aksi ambil untung para investor membuat Bitcoin turun di bawah angka US$70.000 (Rp 1,09 miliar) dan terakhir diperdagangkan turun hampir 3% pada Kamis (14/3).
"Pergerakan 5% (di harga saham MicroStrategy) tampak ringan bagi saya, terutama pada hari ketika Bitcoin turun lebih dari US$2.000 (Rp 31,2 juta)," kata analis TD Cowen, Lance Vitanza, seperti dikutip Reuters.
MicroStrategy yang berbasis di Tysons, Virginia, telah bergabung dengan sejumlah perusahaan yang menawarkan obligasi konversi di era suku bunga tinggi. "MicroStrategy sekarang memperjelas bahwa tidak ada yang membatasi lingkungan kebijakan (moneter)," kata Michael O'Rourke, kepala strategi pasar di JonesTrading.
Menurutnya, perusahaan teknologi itu telah masuk ke pasar sejak akhir 2020 dan menawarkan obligasi konversi dengan suku bunga yang lebih rendah daripada penawaran saham di bursa. Tujuan penggalangan dana itu adalah untuk membeli Bitcoin. "Tampaknya hal ini sekarang menjadi acara mingguan (bagi MicroStrategy)," kata O'Rourke.
Obligasi Konversi Lebih Menguntungkan daripada Penawaran Saham
Obligasi konversi, yang dapat ditukar dengan saham ketika saham mencapai tingkat yang telah ditentukan, menawarkan opsi kepada perusahaan untuk meningkatkan modal dengan tingkat bunga yang lebih rendah daripada obligasi biasa. Obligasi jenis ini tidak memiliki risiko melemahkan pemegang saham secara langsung seperti halnya penawaran saham.
Menurut data LSEG IFR, MicroStrategy memasarkan obligasi korporasi dengan imbal hasil 0,375%-0,875% dengan opsi untuk mengkonversi surat utang itu menjadi saham ketika saham naik 40% hingga 45% di atas level saat ini.
Citigroup dan Barclays, penjamin emisi untuk obligasi konversi MicroStrategy, menolak untuk mengomentari minat investor terhadap penawaran tersebut.
MicroStrategy, yang mulai membeli dan menyimpan Bitcoin pada tahun 2020, adalah pemegang korporat terbesar mata uang kripto karena pendapatan dari bisnis perangkat lunaknya menurun pada tahun 2022 dan 2023. Perusahaan membeli 15.000 Bitcoin sejak 15 Februari, sehingga total kepemilikannya menjadi 205.000 Bitcoin pada 10 Maret.
Secara terpisah, platform pertukaran kripto Coinbase, menawarkan obligasi konversi sebesar US$ 1,1 miliar (Rp 17,16 triliun) untuk membayar atau menebus utang konversi dan surat utang yang belum dibayar.