Bitcoin turun lebih dari 4% pada perdagangan Senin (3/2) pagi di Asia. Bitcoin menyentuh level terendah dalam tiga minggu di sekitar US$ 96.606 (Rp 1,57 miliar, dengan kurs Rp 16.300).
Dalam laporan keuangan yang dirilis Rabu (29/1), kepemilikan aset digital Tesla melonjak menjadi US$ 1,08 miliar (Rp 17,6 triliun) pada periode Desember 2024.
Sebagian besar bank sentral di seluruh dunia telah menghindari Bitcoin dan lebih memilih instrumen yang “lebih aman” seperti obligasi pemerintah berperingkat tinggi.
BlackRock menyebut para operator pengelola dana kekayaan negara atau sovereign wealth fund juga mengkaji untuk memasukkan Bitcoin ke dalam portofolio mereka.
“Rumor bahwa mata uang kripto dapat dinyatakan sebagai kepentingan nasional oleh Amerika Serikat selama pelantikan memiliki efek positif pada harga Bitcoin,” kata Gracy Chen, CEO Bursa Kripto Bitget.
Investasi kripto di Indonesia mencatatkan pertumbuhan yang impresif, dengan nilai transaksi mencapai Rp 475,13 triliun dan investor kripto meningkat menjadi 21,63 juta pada 2024, disertai perubahan pe
Kenaikan harga Bitcoin ini terjadi di tengah laporan yang menyebut Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump bersiap untuk mengeluarkan perintah eksekutif pro-kripto setelah dilantik.
Pemegang saham Meta, Ethan Peck, mengusulkan agar Meta mengubah sebagian dari US$ 72 miliar (Rp 1.174 triliun) kasnya menjadi Bitcoin untuk melawan inflasi.
Penurunan mata uang kripto ini terjadi setelah Bitcoin naik ke rekor tertinggi sepanjang masa setelah kemenangan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada awal November.
Aliran masuk dana ke ETF Bitcoin dan Ethereum ini menandai pemulihan yang kuat setelah ETF mengalami awal yang goyah pada 2025, dengan ETF Bitcoin mengalami penurunan US$ 320 juta (Rp 5,19 triliun).