WazirX, bursa kripto terkemuka di India, diretas pada Kamis (18/7). Perusahaan mengkonfirmasi insiden tersebut dalam sebuah pernyataan baru-baru ini. WazirX diperkirakan mengalami kerugian lebih dari US$230 juta (Rp 3,7 triliun) pada saat pelaporan.
Bursa kripto tersebut mengatakan akan menangguhkan sementara rupee India (INR) dan penarikan kripto untuk melindungi dana pengguna sambil menyelidiki insiden tersebut.
Serangan ini awalnya dilaporkan oleh perusahaan keamanan Cyvers Alert, pada Kamis (18/7). Menurut Cyvers, sebuah alamat yang mencurigakan menarik aset kripto senilai sekitar US$235 juta (Rp 3,8 triliun) dari dompet multisig WazirX. Si peretas kemudian mentransfer dana tersebut ke alamat baru dan kemudian mengubahnya menjadi Ethereum (ETH).
“Alamat yang mencurigakan telah menukar $PEPE, $GALA, dan $USDT ke $ETH dan terus menukar aset digital lainnya,” kata Cyvers Alert, seperti dikutip Cryptobriefing. Menurut Cyvers, peretas tersebut menggunakan Tornado Cash, sebuah alat peningkat privasi, untuk mengaburkan pergerakan dana.
Tim Cyvers mengklaim telah mencoba menghubungi WazirX pada saat menemukan transaksi itu tetapi tidak mendapat tanggapan.
Menurut penyelidik on-chain ZachXBT, peretas masih memiliki US$100 juta (Rp 1,6 triliun) di Shiba Inu (SHIB) dan US$4,7 juta (Rp 76 miliar) di Floki Inu (FLOKI) pada saat berita ini diturunkan.
Peretasan Bursa Kripto Jepang
Sebelumnya, bursa kripto Jepang DMM Bitcoin diretas pada akhir Mei lalu. Bursa tersebut mencatat kerugian sebesar 48 miliar yen (Rp 4,9 triliun) dalam bentuk Bitcoin akibat peretasan tersebut.
Dalam sebuah unggahan blog di situsnya, DMM Bitcoin mengatakan telah mengambil langkah-langkah untuk menghindari arus keluar yang tidak sah lebih lanjut. Data yang disediakan oleh perusahaan keamanan Blocksec menunjukkan bahwa peretas membagi Bitcoin yang dicuri ke dalam sepuluh dompet dalam jumlah 500 BTC.
“Yakinlah bahwa kami akan mendapatkan jumlah BTC yang setara dengan arus keluar dengan dukungan dari grup dan kami menjamin akan mengganti secara penuh,” kata DMM Bitcoin, seperti dikutip Coindesk, Sabtu (1/6).
Bursa kripto itu telah membatasi semua pembelian spot di platform. DMM Bitcoin juga menyebutkan bahwa penarikan dana dalam yen Jepang mungkin membutuhkan lebih banyak waktu dari biasanya.
Bitcoin senilai lebih dari US$473 juta (Rp 7,66 triliun) telah hilang akibat peretasan mata uang kripto pada tahun 2024 sebelum pencurian ini. Kerugian DMM Bitcoin ini merupakan yang terbesar kedua di Jepang setelah Coincheck diretas senilai 58 miliar yen pada tahun 2018.