Modal Asing Banjiri Pasar Keuangan Rp7,3 Triliun Sepekan, Yield SBN Naik jadi 7%

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/pras.
Proyek pembangunan gedung bertingkat di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu (2/1/2021).
Penulis: Ira Guslina Sufa
15/12/2024, 12.22 WIB

Bank Indonesia merilis aliran modal asing ke pasar keuangan Indonesia menunjukkan dinamika yang menarik pada minggu kedua Desember 2024. Berdasarkan data transaksi pada 9-12 Desember 2024, nonresiden mencatat beli neto sebesar Rp 7,33 triliun.

Di pasar Surat Berharga Negara (SBN), investor asing mencatatkan beli neto sebesar Rp 8,84 triliun. Angka ini menjadi kontributor utama terhadap aliran modal masuk.

Di sisi lain, Bank Indonesia juga mencatat adanya jual neto sebesar Rp 1,31 triliun di pasar saham. “Jual neto sebesar Rp 0,20 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI),” tulis Bank Indonesia dalam rilis yang dikutip, Minggu (15/12). 

Sepanjang 2024 hingga 12 Desember, aliran modal asing secara kumulatif mencatatkan beli neto sebesar Rp 22,78 triliun di pasar saham. Selanjutnya Rp 38,63 triliun di pasar SBN, dan Rp 171,36 triliun di SRBI. 

Sementara itu, pada semester kedua tahun ini nonresiden mencatat beli neto sebesar Rp 22,78 triliun di pasar saham. Selanjutnya Rp 72,59 triliun di pasar SBN dan Rp 41,01 triliun di SRBI.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi, Ramdan Denny Prakoso menjelaskan meski aliran modal menunjukkan tren positif, kondisi nilai tukar Rupiah mengalami sedikit tekanan. Pada Kamis (12/12) nilai tukar rupiah ditutup pada level Rp 15.920 per dolar AS. Kemudian pada Jumat (13/12) nilai tersebut sedikit melemah menjadi Rp 15.945 per dolar AS. 

“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” ujar Ramdan. 

Sementara itu, yield SBN 10 tahun naik menjadi 7,00%, mengikuti tren kenaikan yield UST 10 tahun yang berada di level 4,328%. Penguatan indeks dolar AS (DXY) ke level 106,96 turut memberikan tekanan pada mata uang domestik.

Premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia 5 tahun tetap stabil di angka 70,48 basis poin per 12 Desember 2024, dibandingkan dengan posisi 6 Desember 2024 sebesar 70,58 basis poin. Stabilitas ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap risiko kredit Indonesia di tengah kondisi global yang menantang.