Jika tak ada aral melintang, akhirnya bakal ada anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) masuk bursa saham melalui penawaran umum saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO). Aksi korporasi itu bakal segera terwujud karena sudah mendapat lampu hijau dari Kementerian BUMN sebagai pemegang saham mayoritas Telkom.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan, anak usaha Telkom yang disiapkan untuk IPO tersebut adalah PT Dayamitra Telekomunikasi. Perusahaan yang lazim disebut Mitratel ini dimiliki 100% oleh Telkom dan bergerak di bidang infrastruktur dan menara telekomunikasi.
"Di Telkom (anak usaha) nanti, di menara, yaitu Mitratel akan ada IPO," kata Kartika dalam sebuah sesi webinar, Rabu (16/9). IPO anak usaha Telkom tersebut merupakan bagian dari program Kementerian BUMN untuk meningkatkan atau menciptakan nilai perusahaan BUMN (value creation).
Selain itu, IPO tersebut menjadi salah satu langkah menjadikan BUMN sebagai lokomotif dan transformasi ekonomi nasional.
Di satu sisi, Kementerian BUMN melihat proses untuk mewujudkan IPO BUMN tersebut memang banyak dan kompleks. Karena itulah, menurut Tiko, sapaan akrabnya, dibangun klaster BUMN. Klaster itu untuk memperkuat sinergi di antara perusahaan BUMN berdasarkan rantai nilai (value chain) dan bisnis inti (core business).
Totalnya ada 12 klaster yang dibentuk oleh Kementerian BUMN dari sebelumnya 27 klaster. "Klaster-klaster ini yang diharapkan jadi katalis untuk perubahan transformasi BUMN ke depan," kata Tiko.
Di sisi lain, transformasi dengan beragam inovasi, seperti IPO, akan membuat perusahaan BUMN mampu bertahan secara keuangan sekaligus menjadi pemimpin di sektor ekonomi. Selain itu, memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat dan negara.
Manfaaat yang dimaksud, antara lain menciptakan sektor-sektor baru untuk menjadi katalis pertumbuhan ekonomi di masa depan.
Waktu IPO Mitratel
Meski begitu, Tiko tidak menjelaskan lebih lanjut perihal target waktu pelaksanaan IPO Mitratel. Termasuk juga target dana IPO dan rencana penggunaan dana dari hasil hajatan itu.
Manajemen Mitratel enggan berkomentar soal rencana IPO tersebut. Mereka menyerahkan penjelasan soal itu kepada Telkom selaku induk usahanya. "Karena Telkom yang lebih berwenang melakukan corporate action tersebut."
Namun, hingga berita ini ditulis, Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah dan Vice President Corporate Communication Telkom Arif Prabowo belum merespons upaya konfirmasi dari Katadata.co.id.
Sebelumnya, manajemen Telkom sudah berulang kali berencana melakukan IPO anak usahanya. Namun, rencana itu selalu kandas karena berbagai sebab. Misalnya, Mitratel pernah diwacanakan bakal IPO pada kuartal III 2013 dan pada tahun 2017 silam.
Analis Reliance Sekuritas Anissa Septiwijaya menyatakan, prospek IPO Mitratel akan ditentukan oleh jumlah saham yang bakal dilepas ke publik serta rencana penggunaan dana hasil IPO tersebut. "Namun secara struktural dari induknya yaitu Telkom, cukup kuat secara permodalan sehingga ini menjadi faktor positif bagi Mitratel," katanya kepada Katadata.co.id.
Jika rencana berjalan mulus, Mitratel akan menjadi anak usaha pertama Telkom yang mencatatkan sahamnya di bursa saham. Mitratel merupakan salah satu dari 11 anak usaha Telkom dengan kepemilikan saham langsung.
Mitratel mulai menapaki bisnis menara telekomunikasi sejak 2008 dan sampai saat ini telah mengelola lebih dari 16 ribu menara telekomunikasi yang tersebar di seluruh Indonesia.
Aksi korporasi terakhirnya adalah meneken perjanjian pembelian menara milik PT Indosat Tbk pada 20 Desember 2019. Perjanjian itu berupa pengalihan kepemilikan atas 2.100 menara telekomunikasi (3.982 tenant) beserta perizinannya kepada Mitratel. Nilai transaksinya mencapai Rp 4,44 triliun.
Potensi IPO BUMN Lain
Selain rencana IPO Mitratel, Kementerian BUMN memang mendorong perusahaan-perusahaan BUMN mencari pendanaan di pasar modal. Seperti mendorong PT Pertamina (Persero) agar melakukan IPO terhadap dua anak usahanya dalam dua tahun ke depan.
Dorongan tersebut, disampaikan langsung oleh Menteri BUMN Erick Thohir. Ia menilai IPO dua subholding Pertamina sebagai bagian dari upaya Kementerian BUMN untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas Pertamina.
Tujuan lainnya adalah sebagai alat ukur kinerja atau key performance indicator (KPI) yang lebih jelas. “Dalam dua tahun ke depan subholding ini kami mau go public supaya terjadi transparansi dan akuntabilitas,” kata Erick melalui video conference, Jumat (12/6).