Usai Tutup Giant, HERO Tawarkan Karyawan Pindah Lini Bisnis Lain

ANTARA FOTO/Feny Selly/rwa.
Sejumlah warga memilih produk yang tersisa pada hari terakhir pengoperasian toko ritel makanan Giant Ekstra di Palembang, Sumatra Selatan, Selasa (17/3/2021).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
9/8/2021, 16.10 WIB

Pengelola gerail retail PT Hero Supermarket Tbk (HERO) terpaksa menutup supermarket Giant dan beralih ke investasi bisnis retail dengan jenis dan merek lain, yakni IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket. Ke depan, karyawan Giant yang terdampak penutupan gerai dapat melamar kerja di lini bisnis retail lain.

Direktur Hero Supermarket Hadrianus Wahyu Trikusumo mengatakan, jumlah anggota karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) bergantung pada perubahan toko Giant ke lini bisnis yang lain atau pengalihan kepemilikan ke brand ritel lain.

Hadrianus mengaku, perseroan telah menginformasikan hal ini secara jelas kepada tiap karyawan dan memastikan masa transisi ini lancar serta memperlakukan semua pihak dengan adil dan hormat.

"Karyawan yang terdampak (penutupan gerai Giant) dapat melamar pekerjaan di lini bisnis Persero yang lain," kata Hadrianus dalam penjelasan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (9/8).

HERO berharap dapat menyediakan peluang baru seiring dengan pengembangan bisnis lainnya yang memiliki potensi pertumbuhan positif ke depannya. Beberapa di antaranya, retail furniture IKEA, retail kebutuhan rumah tangga Hero Supermarket, dan retail produk perawatan Guardian.

Bagi karyawan yang terkena PHK, menurut dia, HERO telah memberikan kompensasi di atas jumlah yang direkomendasikan dalam Undang-Undang Cipta Kerja (Omnibus Law).

Di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda Indonesia, bisnis HERO terus ditutupi awan mendung. Sampai semester I 2021, pendapatan Hero anjlok 25,99%, rugi membengkak dua kali lipat, hingga akhirnya harus menutup gerai Giant secara permanen.

Berdasarkan laporan keuangan, emiten retail berkode saham HERO ini membukukan pendapatan bersih senilai Rp 3,66 triliun pada semester I-2021 atau anjlok 25,99% dibanding periode sama tahun lalu senilai Rp 4,95 triliun. Hal itu salah satunya yang membuat Hero harus merugi Rp 550,88 miliar atau membengkak dua kali lipat lebih dari rugi Rp 202,07 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan tersebut, HERO dan entitas anak memiliki 7.248 karyawan pada 30 Juni 2021. Jumlah karyawan tersebut berkurang hingga 2.669 orang dibandingkan 31 Desember 2020 yang sejumlah 9.917 orang.

Presiden Direktur Hero Patrik Lindvall mengatakan, Hero memang terus menghadapi tantangan yang cukup signifikan pada semester pertama 2021 akibat pandemi Covid-19, terkait penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), maupun perubahan pola belanja pelanggan.

Patrik mengatakan, setelah tinjauan strategi bisnis yang mendalam, pada Mei lalu, manajemen mengubah pendekatan perdagangannya dengan meningkatkan investasi pada bisnis IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket. Akibat fokus tersebut, manajemen terpaksa mengalihkan investasi dari Giant.

"Perubahan strategi ini merupakan respons yang menentukan dan diperlukan guna menghadapi dinamika pasar yang berubah," kata Patrik dalam siaran pers yang dikutip pada Senin (2/8).

Reporter: Ihya Ulum Aldin