Dalam upaya menggerakkan ekonomi masyarakat khususnya pedesaan serta membuka lapangan pekerjaan, PT Pertamina (Persero) membina 100 desa wisata. Program tersebut merupakan bentuk tanggung jawab sosial melalui program CSR (Corporate Social Responsibility).
Melalui program desa wisata ini, Pertamina melatih kemandirian masyarakat di wilayah kerja Pertamina yang dimulai dari melestarikan alam dan melatih keterampilan masyarakat lokal guna meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pengembangan pariwisata.
“Saat ini setidaknya kita sudah membina lebih dari 100 desa binaan untuk di wilayah kerja kami,” kata Corporate Secretary PT Pertamina, Brahmantya S. Poerwadi dalam Katadata SAFE Forum 2021, Jumat (27/8).
Salah satu desa wisata binaan Pertamina yang saat ini sudah mengalami kebangkitan ekonomi berada di wilayah Madura, tepatnya di Pertamina West Madura Offshore. Di mana pengembangan ini sudah menghasilkan hal yang positif secara ekonomi dan sosial.
Dampak ekonomi dari program desa wisata Pertamina West Madura Offshore diperoleh dengan membangun ulang hutan mangrove, di mana program tersebut sebesar menghabiskan anggaran Rp 3 Miliar. Program itu mampu menghasilkan Rp 552 juta untuk total pendapatan per kelompok per tahunnya. Tidak hanya berhenti di sana, program itu juga diperkirakan menciptakan keuntungan berlipat berupa Rp 518 juta potensi ekonomi dari usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang dibentuk berdasarkan desa wisata yang dikembangkan. Juga, Rp 300 juta berasal dari penghematan pemanfaatan limbah.
Sebagai informasi, Pertamina juga mengembangkan Taman Wisata Laut Labuhan, merupakan program pengembangan masyarakat binaan PHE West Madura Offshore (WMO). Taman Wisata Laut Labuhan berfokus pada kegiatan konservasi mangrove dan terumbu karang yang terletak di Dusun Masaran, Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan.
Secara sosial, total pengunjung dari desa wisata yang sudah dikembangkan sejak 2013 tersebut mencapai 100 ribu pengunjung setiap tahun. Selain itu, pihaknya juga berhasil memberdayakan 145 kepala keluarga mantan pekerja migran di mana mereka tergabung dalam 37 anggota kelompok. Program itu juga membina 30 anggota Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) di desa Labuan di Madura dan j tiga pelopor kelompok masyarakat bank sampah, serta 1500 penerima manfaat.
“Local hero seperti inilah yang kita kembangkan untuk dijadikan contoh dalam mengembangkan desa-desa lain di wilayah kerja Pertamina,” katanya.
Namun, program tersebut bukanlah tanpa kendala. Kendala terbesar yang dihadapi desa dalam mengembangkan potensi wisatanya adalah keterbatasan modal. Karena itula, masyarakat desa dibekali dengan literasi finansial dan pendampingan dalam mengelola potensi wisata di wilayahnya.
“Pertamina di wilayah kerjanya selalu melakukan dua hal penting, yakni care and do. Ini penting untuk kita bisa masuk ke dalam masyarakat dan melihat pemetaan mengenai apa ekosistem yang membentuk ekonomi masyarakat. di suatu wilayah,” ujarnya.
Ia menegaskan, program desa wisata ini harus berkelanjutan, karena dengan adanya pemberdayaan masyarakat yang terus dikembangkan, hal tersebut bisa menjadi tulang punggung kehidupan bagi masyarakat khususnya masyarakat di pedesaan.