PT GMF AeroAsia Tbk (GMFI) menjalankan serangkaian upaya penghematan untuk menjaga kelangsungan usaha di tengah kondisi pasar yang dinamis akibat pandemi Covid-19. Terbukti, beban usaha perusahaan mampu ditekan hingga 51,54% pada triwulan I-2021 menjadi US$ 67,68 juta dari US$ 139,67 juta.
Direktur Utama GMF Aerosia Andi Fahrurrozi menuturkan, penurunan terbesar tampak pada beban subkontrak dan material. Itu dicapai melalui simplifikasi dan negosiasi dengan vendor, kerja sama pengadaan material dengan sejumlah customer, serta peningkatan kapabilitas in-house.
“GMF dapat menekan biaya subkontrak dan material secara optimal dengan mengurangi pengerjaan perawatan komponen oleh pihak ketiga, sekaligus memperoleh material secara lebih selektif, efektif, efisien, dan tetap comply (mengikuti) terhadap aspek kualitas dan operasional,“ kata Andi dalam keterangan pers, Jumat (27/8).
Berkaca pada laporan keuangan, beban subkontrak GMF AeroAsia pada triwulan I-2021 hanya US$ 13,87 juta. Artinya, anak usaha PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk tersebut mampu menurunkan beban subkontrak hingga 60,53% dari US$ 35,14 juta pada triwulan I-2020.
Beban usaha GMFI terbesar datang dari beban pegawai yang mencapai US$ 24,52 juta. Namun, beban ini juga tercatat turun hingga 34,38% dari US$ 37,37 juta. Lainnya, beban material yang mencapai US$ 16,01 juta juga mengalami penurunan 50,57% dari US$ 32,4 juta.
Berhasil melakukan efisiensi, sayangnya kinerja perusahaan GMF AeroAsia masih membukukan rugi bersih mencapai US$ 8,69 juta pada tiga bulan pertama tahun ini. Meskipun begitu, rugi bersih tersebut mengalami penurunan signifikan hingga 72,19% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya US$ 31,28 juta.
Adapun untuk pendapatan usaha GMF AeroAsia atau top line hanya US$ 62,76 juta pada triwulan I-2021. Pendapatan usaha tersebut anjlok hingga 41,45% dari triwulan I-2020 yang mencapai US$ 107,2 juta.
GMF AeroAsia mencatatkan pendapatan sebelum dipotong sejumlah beban alias earning before interest, tax, depreciation, amortization (EBITDA) mencapai US$ 2,6 juta pada triwulan I-2021. EBITDA ini naik signifikan dibandingkan EBITDA periode sama tahun lalu yang tercatat negatif US$ 28,2 juta.
Andi mengatakan, perolehan ini sejalan dengan fokus GMFI dalam melakukan pembenahan secara bertahap lewat strategi-strategi pemulihan berkelanjutan. Termasuk, melalui manajemen arus kas dan likuiditas, serta penyediaan jasa perawatan terkait Covid-19.
GMFI juga melakukan penetrasi ke pasar yang tidak terdampak signifikan oleh pandemi Covid-19, seperti perawatan pesawat kargo dan passenger to freighter (preighter), pekerjaan redelivery ke lessor, perawatan pesawat private/business jets, industri pertahanan, dan perawatan industrial gas turbine engine.
“Kami menargetkan EBITDA positif sebesar US$ 4 juta bilamana kondisi penanganan Covid-19 di Indonesia terus membaik,” kata Andi.
Seperti diketahui, GMFI punya strategi khusus di tengah bisnis penerbangan yang lesu selama pandemi Covid-19. Salah satunya dengan bekerja sama dengan Kementerian Pertahanan dan Tentara Negara Indonesia (TNI) Angkatan Udara dalam pemeliharaan pesawat.
"Sebagai strategi untuk bertahan, GMF AeroAsia memang masuk ke industri pertahanan bekerja sama untuk mendapatkan kontrak langsung dengan Kementerian Pertahanan dan ada yang kontrak dengan TNI AU," kata Andi dalam konferensi pers virtual, Jumat (20/8).
Untuk kontrak dengan Kementerian Pertahanan, GMF AeroAsia memodifikasi center wing box pada pesawat Hercules C-130. Tahun ini, GMF AeroAsia akan memodifikasi delapan pesawat yang dimulai Desember 2021. "Nominal kontrak US$ 80 juta (Rp 1,16 triliun, dengan asumsi kurs Rp 14.500) dan itu sangat kontribusinya sangat besar untuk GMF," kata Andi.
GMF AeroAsia juga mendapatkan proyek pemeliharaan beberapa mesin jet CFM56 DES3 milik TNI AU. Selain itu GMF AeroAsia mendapatkan proyek dukungan untuk layanan komponen dan material dalam pemeriksaan pesawat-pesawat jenis 737 milik TNI AU. "Kami juga mendapatkan kontrak dari Sekretaris Negara untuk perawatan pesawat kepresidenan," kata Andi.
Melansir RTI, pada perdagangan Jumat (27/8) saham GMFI ditutup menguat sebanyak 6,58% ke level Rp 81 per saham. Meskipun begitu, jika dilihat sepanjang 2021 atau year to date (ytd) saham GMFI sudah mengalami penurunan sebanyak 47,06%.