PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk mengantongi laba bersih Rp 5,55 triliun hingga triwulan III-2021. Nilai itu merosot 19,62% dari raihan untung bersih periode sama tahun lalu Rp 6,91 triliun.
Padahal, berdasarkan laporan keuangan, penjualan bersih emiten berkode saham HMSP ini meningkat 6,99% menjadi Rp 72,51 triliun hingga triwulan III-2021, dari perolehan omzet periode sama tahun lalu Rp 67,77 triliun. Sebagian besar keuntungan perusahaan tergerus oleh kenaikan beban pita cukai sebesar 14,28% menjadi Rp 47,4 triliun.
Secara rinci disebutkan, penjualan rokok HMSP mayoritas di dalam negeri. Segmen sigaret kretek mesin menopang penjualan Rp 48,15 triliun. Penjualan rokok di segmen ini naik 6,35% dibandingkan Rp 45,28 triliun.
Segmen lain yang menyumbang penjualan HMSP adalah sigaret kretek tangan Rp 16,45 triliun, naik 7,06% dari Rp 15,36 triliun. Penjualan sigaret putih mesin Rp 7,01 triliun atau naik 7,27% dari Rp 6,53 triliun. Segmen sigaret putih tangan menyumbang pendapatan Rp 325,6 miliar dari sebelumnya tidak ada.
Namun, HMSP harus menanggung beban yang menggerus profitabilitasnya Rp 65,86 triliun atau naik 10,86% dari Rp 59,41 triliun. Beban ini berasal dari total beban pokok penjualan, beban penjualan, dan beban umum dan administrasi.
Berdasarkan sifatnya, beban paling besar berasal pita cukai atas barang yang terjual oleh perusahaan mencapai Rp 47,4 triliun per September 2021. Beban pita cukai tersebut naik 14,28% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Dengan kenaikan beban tersebut, terutama oleh komponen pita cukai, laba sebelum pajak penghasilan HMSP menjadi Rp 7,1 triliun hingga triwulan III-2021. Artinya anjlok 20,83% dibandingkan Rp 8,97 triliun pada sembilan bulan pertama tahun lalu.
Jumlah aset HMSP per September 2021 Rp 48,85 triliun atau turun dari Rp 49,67 triliun per Desember 2020. Sementara jumlah liabilitas Rp 21,45 triliun per September 2021 naik dari Rp 19,43 triliun dari Desember 2020.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya mengatakan, laba bersih yang turun hingga triwulan III-2021 disebabkan oleh margin kotor yang lebih rendah dari perkiraan. Hal ini mengingat perusahaan menjual lebih banyak produk Sampoerna A yang rata-rata harga penjualannya tidak dinaikkan secara agresif.
"Ini untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Sebagai catatan, Sampoerna A tumbuh kuat sebesar 22,5% secara tahunan menjadi 9,7 miliar batang hingga triwulan III-2021," kata Christine dalam riset tertulisnya.
Berkaca dari kinerja HMSP dalam sembilan bulan 2021, Mirae Asset Sekuritas menurunkan rekomendasi saham HMSP ke tahan (hold). "Karena kami menyempurnakan estimasi kami karena hasil triwulan III-2021 yang di bawah estimasi," katanya.