PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk membukukan pendapatan Rp 193,72 miliar hingga kuartal III 2021 atau tumbuh 29,68% dari capaian periode yang sama tahun lalu senilai Rp 149,4 miliar. Pertumbuhan penjualan pihak berelasi, efisiensi produksi dan kebijakan pemerintah dinilai menjadi pendorong utama pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan.
Berdasarkan laporan keuangan, perusahaan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 5 miliar dalam sembilan bulan 2021, setelah mengalami kerugian hingga Rp 7 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Pemegang saham CAKK menerima laba bersih per saham dasar sebanyak Rp5,93 per saham.
Sebelumnya, CAKK mengalami kerugian pada 2020 karena penghentian produksi selama April 2020 hingga awal Juni 2020. Aksi tersebut membuat realisasi produksi perseroan terkikis sekitar 20% dari total produksi.
"Mulai berjalannya mesin (produksi) baru turut mendorong efisiensi. Di samping itu, kebijakan harga gas US$ 6 (per Metric Million British Thermal Unit) menyumbang penurunan biaya energi (dalam proses produksi)," kata Direktur CAKK Juli Berliana Posman kepada Katadata, Rabu (17/11).
Berdasarkan catatan perusahaan, pendapatan perusahaan didorong oleh pertumbuhan penjualan ke pihak berelasi sebanyak 31,43% menjadi Rp 181 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 121 miliar. Perusahaan relasi yang dimaksud adalah PT Marissi Idola Sejahtera dengan kontribusi 83% dan PT Rhinoputra Jaya Sejahtera dengan kontribusi 11%.
Menurut jenis produk, penjualan keramik lantai naik 48,09% menjadi Rp 180 miliar. Pertumbuhan penjualan keramik lantai itu disebabkan oleh bergesernya tren jenis keramik di pasar. Sementara itu, penjualan keramik dinding susut 56,28% dari capaian januari-September 2020 senilai Rp 26 miliar menjadi Rp 11 miliar.
Efisiensi yang dilakukan perseroan tercermin dari susutnya beban penjualan sebanyak 79,18% dari Rp 323 juta pada kuartal ketiga tahun lalu menjadi menjadi Rp 67 juta pada periode yang sama tahun ini.
Berdasarkan laporan keuangan, CAKK mencatatkan kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 20,17% menjadi Rp 170 miliar pada kuartal ketiga tahun ini.
Ke depan, Juli menilai tren pasar keramik di dalam negeri mulai mengarah ke keramik premium. Dengan kata lain, konsumen mulai melirik keramik dengan ukuran yang lebih besar, seperti ukuran 50x50 cm.