Mitratel Manfaatkan Teknologi Panel Surya pada 615 Menara

ANTARA FOTO/FB Anggoro/foc.
Ilustrasi panel surya yang terpasang di atas gedung kantor di Pekanbaru, Riau.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Lavinda
29/11/2021, 14.34 WIB

PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) telah memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) pada sebagian menara telekomunikasinya. Emiten telekomunikasi berkode MTEL ini menggunakan teknologi sistem panel surya (SPS) pada 615 menara, atau 2,19% dari total menara yang dimilikinya saat ini, 28.030 unit.

Direktur Operasi dan Pembangunan MTEL Pratignyo A.B. mengatakan, peningkatan pemanfaatan EBT perlu didukung oleh sistem pengawasan yang baik. Menurut dia, SPS harus didukung sistem pengawasan sebagai langkah digitalisasi dalam memonitor ketersediaan lokasi untuk menjamin performa yang maksimal.

"Dengan surveilance system (sistem pengawasan)kami akan mendapatkan informasi aktual terkait availability perangkat yang ada pada tower," kata Pratignyo dalam keterangan resmi, Senin (29/11).

Penggunaan SPS sebagai sumber energi dapat menjawab tantangan ketersediaan menara telekomunikasi di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Pasalnya, rata-rata penyinaran tertinggi atau puncak di dalam negeri mencapai 4-6 jam per hari.

Adapun, SPS yang digunakan mampu memasok kebutuhan energi menara telekomunikasi sekitar 12 jam per hari. Pada saat yang sama, SPS ini mampu mengisi baterai untuk kebutuhan daya pada malam hari.

Sejauh ini, jumlah menara yang dimiliki Mitratel mencapai 28.030 unit dengan tenancy ratio di posisi 1,5 kali dengan tenant utamanya adalah PT Telekomunikasi Selular.

Sebagian besar menara milik Mitratel berada di luar Jawa atau mencapai 57% dari total menara. Alhasil, Mitratel menjadi perusahaan menara telekomunikasi dengan menara terbanyak di luar Jawa.  

Mitratel juga berencana untuk meningkatkan jumlah penyewa per menara, khususnya menara di luar Pulau Jawa. Saat ini, perseroan sedang menyusun rencana bisnis untuk mendorong monetisasi menara di laur Pulau Jawa bersama operator telekomunikasi.

Sebelumnya, CMO Jarvis Asset Management Kartika Sutandi mengatakan pasar menara telekomunikasi pada 2022 akan meningkat. Pasalnya, kebutuhan data akan meningkat seiring berkembangnya teknologi 5G dan bertahannya kebiasan bekerja dari jarak jauh atau rumah (WFH).

Permintaan data di luar Pulau Jawa diramalkan akan meningkat seiring operator telekomunikasi melakukan ekspansi. Sejauh ini, pasar luas Pulau Jawa didominasi oleh PT Telekomunikasi Selular atau Telkomsel.

Dominasi Telkomsel membuat harga data di luar Pulau Jawa lebih tinggi dibandingkan di Jawa. Dengan kata lain, margin yang diberikan oleh pelanggan luar Pulau Jawa lebih tinggi.

Oleh karena itu, sebagian operator akan menjajaki pasar luar Jawa pada 2022. Pada akhirnya, permintaan menara telekomunikasi di luas Pulau Jawa akan meningkat.

Berdasarkan data RTI Infokom, harga saham MTEL masih belum dapat menembus harga penawaran umum perdana (IPO) di level 800. Hingga Senin (29/11) pukul 13.00 WIB, harga MTEL masih berada di level 760.

Rasio price to earning mencapai 2,84 kali dengan valuasi market cap senilai Rp 63,74 triliun. Sejak IPO, investor asing telah melakukan penjualan bersih senilai Rp 437miliar yang didorong oleh penjualan bersih di pasar regular yang mencapai Rp 554 miliar. 

Reporter: Andi M. Arief