Strategi Metro Healthcare Menyasar Peserta BPJS Kesehatan

Instagram/@metrohospitalsgroup
Salah satu rumah sakit milik Metro Healthcare, yaitu RS Metro Hospital Cikupa, Tangerang, Banten.
Penulis: Amelia Yesidora
Editor: Sorta Tobing
2/12/2021, 16.10 WIB

Saham sektor kesehatan bersinar sejak pandemi Covid-19. Salah satunya adalah PT Metro Healthcare Indonesia Tbk. Bursa Efek Indonesia mencatat emiten berkode efek CARE itu sebagai salah satu top gainer pada 9 November lalu.

Harga sahamnya melonjak 10,76% menjadi Rp 525 per lembar. Angka ini sudah naik lebih tiga kali lipat dari harga pencatatan perdananya pada Maret 2020 di Rp 139 per lembarnya. 

Kiprah perusahaan ini dimulai pada 7 Oktober 2015 dengan nama PT Aruna Anjaya Perkasa. Perusahaan mengakuisisi Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Bunda Sejahtera di Pasar Kemis, Tangerang, Banten dan RSIA Bina Sehat Mandiri, Jakarta Barat. 

Berkat akuisisi ini, kapasitas RSIA Bunda Sejahtera meningkat menjadi 40 tempat tidur. Sedangkan RSIA Bina Sehat Mandiri kapasitasnya menjadi 25 tempat tidur. Status RSIA kemudian berganti menjadi RS Umum. 

Dilansir dari laman resmi perusahaan, nama kedua rumah sakit tersebut akan berganti menjadi Metro Hospitals Kuta Baru dan Metro Hospitals Duri Kepa. 

Setahun berselang, Aruna Anjaya Perkasa mengakuisisi rumah sakit ketiga, yaitu RS Hosana Cikarang Baru, Jababeka. Rumah sakit ini kini dikenal dengan nama RS Metro Hospital Cikarang dengan kapasitas 70 tempat tidur.

RS keempat yang diakuisisi adalah RS Mulia Insani di Cikupa yang sudah berganti nama menjadi Metro Hospital Cikupa, Tangerang. Sebelum akuisisi, kapasitasnya hanya 110 tempat tidur. Lalu berkembang menjadi 200 tempat tidur.

Pada 2019, Aruna Anjaya Perkasa berganti nama menjadi PT Metro Healthcare Indonesia seperti yang dikenal sekarang. Di tahun yang sama, CARE mengakuisisi salah satu RSU pertama di wilayah Mojokerto, Jawa Timur, yaitu RSU Kartini Mojokerto dengan kapasitas 81 tempat tidur. 

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora