Multipolar Galang Dana Ekspansi dari Jual Saham dan Obligasi Rp 1,75 T

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Karyawan memfoto layar pergerakan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (27/12/2019).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Lavinda
21/12/2021, 19.46 WIB

PT Multipolar Tbk akan menghimpun dana segar senilai Rp 1,75 triliun melalui dua strategi, yakni penerbitan saham baru melalui skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau right issue senilai Rp 1 triliun dan penerbitan obligasi global Rp US$ 50 juta. 

Presiden Direktur Multipolar Adrian Suherman mengatakan tambahan modal akan digunakan untuk kebutuhan strategi pertumbuhan perseroan, investasi, dan akuisisi. Selain itu, Dana segar juga akan dimanfaatkan untuk memperkuat neraca keuangan perseroan.

"Indonesia adalah pusat konsumer dan teknologi dunia selanjutnya. Rekam jejak kami dalam investasi di dalam negeri, membangun dan bekerja dengan tim manajemen yang kuat, secara unik menempatkan kami untuk mengkapitalisasi perjalanan pertumbuhan Indonesia," kata Adrian dalam keterbukaan di laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (21/12). 

Secara rinci, saham baru akan ditawarkan dengan harga Rp 500 per saham. Harga itu diambil berdasarkan perhitungan harga rerata tertimbang berdasarkan hitungan volume atau volume weighted average price (VWAP) selama 6 bulan.

Dengan kata lain, perseroan akan melepas 2 miliar saham baru ke pasar. PT Inti Anugerah Pratama (IAP) dan OUE Limited berkomitmen akan menjaga pemilikannya dalam Multipolar. Secara total, kedua perusahaan itu memiliki saham Multipolar hingga 60%.

Sebagai bagian dari transaksi, OUE telah membeli 17,2% atau 2,52 miliar saham Multipolar dari IAP belum lama ini. Nilai transaksi itu ditaksir mencapai Rp 1 triliun atau setara dengan SGD 95,6 juta atau 11,1% lebih mahal dari harga saham Multipolar per 17 Desember 2021. 

Transaksi ini memperkuat posisi Multipolar sebagai perusahaan investasi utama Grup Lippo di dalam negeri. Selain itu, divestasi kepada OUE dinilai memperkuat struktur pemegang saham dan kerangka governance perseroan. 

Terbitkan Obligasi Global

Di samping itu, Multipolar akan menerbitkan surat utang senilai US$ 50 juta berbentuk obligasi tukar atau exchangable bonds. Obligasi tukar adalah jenis surat utang yang dapat dikonversi menjadi saham entitas penerbit. 

Tenor yang ditawarkan pada obligasi itu adalah 3+1 tahun dengan kupon 1% untuk tahun pertama dan akan terus bertambah selama 3 tahun selanjutnya. Dengan demikian, rata-rata kupon obligasi tersebut mencapai 3,5% per tahun. Adapun, kupon akan dibayarkan setiap 12 bulan sekali. 

Multipolar menyatakan surat utang itu seluruhnya telah dibeli oleh institusi finansial terbaik di Jepang dan terdaftar di bursa Negeri Sakura. Berdasarkan Corporate Finance Institue, beberapa bank besar di Jepang adalah Mitsubishi UFJ Financial Group, Mizuho Financial Group, dan Sumitomo Mitsui Financial Group

Adapun, penghimpunan dana yang dilakukan Multipolar berdasarkan performa positif perseroan pada Januari-September 2021. Berdasarkan laporan keuangan Multipolar, pendapatan bersih turun 2.07% dari realisasi Januari-September 2020 senilai Rp 7,57 triliun menjadi Rp 7,42 triliun. 

Namun demikian, perseroan terlihat melakukan efisiensi pada beban di luar pokok penjualan barang dan jasa. Alhasil, perseroan pada 9 bulan pertama 2021 berhasil membukukan laba bersih Rp 88,27 miliar dari posisi rugi Rp 674,58 miliar. 

Berdasarkan data Stockbit, harga saham Multipolar, atau yang diperdagangkan dengan kode MLPL ini, stabil di rentang Rp 300 - Rp 400 pada kuartal IV-2021. Secara tahun berjalan, saham MLPL menguat 474,65% atau 337 poin menjadi Rp 408 per saham. 

Titik tertinggi saham MLPL terjadi pada 16 Juni 2021 di level Rp 775 per saham. Adapun, saham MLPL bergerak di bawah level Rp 100 per saham pada Januari-Februari 2021. 

Saat ini, rasio harga saham terhadap laba atau price to earning (PE) MLPL adalah sebanyak 40,07 kali. Ini titik tertinggi rasio PE MLPL tahun ini lantaran rasio MLPL masih berada di zona merah hingga 17 Desember 2021, bahkan pernah menyentuh titik negatif 72,11 kali pada 24 September 2021. 

Reporter: Andi M. Arief