PT Medikaloka Hermina (HEAL) mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure sebesar Rp 1,5 triliun. Anggaran itu disiapkan dalam jangka waktu 12 hingga 18 bulan sejak 1 Januari 2022 lalu.
"Belanja modal ini akan digunakan untuk pengembangan rumah sakit baru dan eksisting, termasuk di antaranya untuk pembelian alat-alat kesehatan dan alat-alat umum," kata Direktur Medikaloka Hermina Aristo Setiawidjaja dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (20/1).
Aristo menyebut, perseroan memiliki arus kas yang cukup untuk melaksanakan rencana belanja modal ini. Rencana belanja modal ini diharapkan akan meningkatkan kapasitas rumah sakit dan pelayanan kesehatan perseroan terhadap pasien.
Sebelumnya, Aristo mengungkapkan, sepanjang 2021 pihaknya membangun tiga rumah sakit baru yang bertempat di Ciledug, Cibitung, dan Cilegon. Sehingga saat ini HEAL memiliki 43 rumah sakit. Sementara itu, rumah sakit Hermina Cilegon baru saja diresmikan operasionalnya pada 18 Januari lalu.
HEAL juga tengah membangun rumah sakit lainnya yang berlokasi di Soreang. Pada public expose yang dilaksanakan Desember 2021 lalu, manajemen HEAL menyampaikan, progress pembangunan rumah sakit Hermina di Soreang mencapai 25%.
Sebagai langkah keberlanjutan ekspansi perseroan, HEAL akan fokus untuk mengembangkan center of excellence seiring dengan usaha perseroan untuk meningkatkan kemampuan dalam melayani kasus medis, dengan tingkat intensitas yang lebih tinggi. Adapun, HEAL menargetkan perolehan pendapatan di atas Rp 5 triliun pada 2022.
Selain itu, HEAL juga terus melakukan proses digitalisasi, mulai dari segi memudahkan akses konsultasi bagi pasien yang ingin melakukan konsultasi dengan dokter, hingga menggunakan teknologi di rumah sakit untuk meningkatkan kualitas layanan serta safety bagi pasien.
Hal ini termasuk implementasi electronic medical record (EMR), karena data menjadi tersentralisasi, mudah diakses, dan juga meningkatkan keselamatan pasien, serta meningkatkan kualitas layanan dengan cara mengurangi waktu tunggu pasien.
Berdasarkan laporan keuangan Hermina, total ekuitas naik 23,2% menjadi Rp 4,1 triliun per September 2021 dari posisi Rp 3,38 triliun pada akhir 2020. Sementara itu, liabilitas juga tercatat tumbuh 11,7% menjadi Rp 3,32 triliun dari sebelumnya Rp 2,97 triliun pada akhir 2020.
Di sisi lain, perseroan membukukan pertumbuhan laba sebesar 187% secara tahunan pada Januari hingga September menjadi Rp 1 triliun dari sebelumnya Rp 349 miliar pada periode yang sama tahun 2020. Pertumbuhan itu didorong naiknya pendapatan sebesar 60,5% menjadi Rp 4,6 triliun.