PT Sentul City Tbk (BKSL) berencana menambah modal melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Perseroan akan menerbitkan maksimal 100,62 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 50 per saham.
Perseroan akan menggunakan dana hasil rights issue untuk membayar kewajiban jangka pendek, mengakuisisi lahan strategis untuk memperbesar landbank, serta pembiayaan modal kerja dan pengembangan usaha.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), aksi korporasi ini rencananya akan dilakukan setelah perseroan mendapat persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPLB) yang digelar 1 April 2022 mendatang.
"Pelaksanaan dan penyelesaian PMHMETD dilakukan dalam jangka waktu yang dianggap tepat dan wajar oleh perseroan, namun tidak lebih dari 12 bulan sejak tanggal penerimaan persetujuan RUPSLB," demikian tertulis dalam prospektus, Rabu (23/2).
Manajemen Sentul City memperkirakan rights issue bakal memperkuat posisi permodalan, menurunkan jumlah kewajiban jangka pendek, meningkatkan likuiditas, dan menambah jumlah landbank untuk kebutuhan pengembangan ke depan, serta untuk modal kerja. Hal tersebut diharapkan dapat berdampak positif terhadap kinerja keuangan perseroan.
Perseroan berharap, pelaksanaan rights issue ini dapat meningkatkan imbal hasil nilai investasi bagi seluruh pemegang saham BKSL. Namun, aksi ini juga memberikan pengaruh kepada pemegang saham yang tidak melaksanakan haknya, dimana persentase kepemilikan saham akan terdilusi.
Berdasarkan laporan keuangan, Sentul City mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 959,15% menjadi Rp 2,62 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 247,54 miliar.
Sementara itu, total aset BKSL turun 7,12% menjadi Rp 17,06 triliun per September 2021 dari periode yang sama sebelumnya sebesar Rp 18,37 triliun. Di sisi lain, ekuitas tumbuh 3,17% menjadi Rp 10,57 triliun dari sebelumnya Rp 10,25 triliun dan liabilitas turun 20,12% menjadi Rp 6,48 triliun dari periode yang sama sebelumnya sebesar Rp 8,12 triliun.