Bank Jago Bidik Penyaluran Kredit Tumbuh 30-40% di 2022

Katadata
Bank Jago meluncurkan aplikasi keuangan bank digital
Penulis: Syahrizal Sidik
11/3/2022, 14.02 WIB

Emiten bank digital, PT Bank Jago Tbk (ARTO) menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit pada kisaran 30% sampai dengan 40% pada tahun ini.

Wakil Direktur Utama ARTO, Arief Harris Tanjung mengatakan, pertumbuhan kredit tersebut masih berpeluang berada di atas rata-rata industri perbankan nasional.

"Saya rasa kita bisa tumbuh di atas rata rata industri, rasanya sekarang kan setahun bisa tumbuh Rp 5 triliun, harusnya akan sama tinggi 30-40% untuk pertumbuhan kredit," kata Arief, dalam konferensi pers di kantor pusat Bank Jago, Jakarta, Jumat (11/3/2022).

Seperti diketahui, sepanjang 2021, bank dengan kode saham ARTO ini tercatat menyalurkan kredit sebesar Rp 5,37 triliun atau meningkat 491% dari akhir 2020 sebesar Rp 908 miliar. 

Pertumbuhan kredit yang tinggi juga mendorong pendapatan bunga meningkat 624% menjadi Rp652 miliar. Sementara itu beban bunga terkerek 147% menjadi Rp 63 miliar.

Dari sisi pendapatan bunga bersih tercatat tumbuh 812% menjadi Rp 590 miliar. Kemudian, net interest margin (NIM) berada di angka 7,4%, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 4,7%. Selain itu, Bank Jago juga meraih fee based income sebesar Rp 56 miliar, tumbuh hampir dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Bank Jago, Kharim Siregar mengungkapkan, pertumbuhan kredit yang signifikan itu utamanya ditopang oleh model bisnis yang tepat dan kolaborasi dengan ekosistem digital, yang membuat ekspansi bisa dilakukan secara cepat, efisien, dan pengelolaan risiko terkendali.

"Hal ini tercermin pada rasio kredit bermasalah yang berada di level 0,6%. Kolaborasi merupakan cara kami dalam melayani nasabah usaha mikro, kecil, dan menengah serta masyarakat luas dan ritel secara efektif dan cepat," kata dia.

Selama 2021 Bank Jago telah berkolaborasi dengan sejumlah fintech lending, multifinance, dan institusi keuangan digital lainnya dalam kerja sama pembiayaan (partnership lending). Hal ini melengkapi integrasi Bank Jago dengan super app Gojek, aplikasi reksadana online Bibit, dan platform trading online Stockbit. 

Perseroan juga berencana menambah sejumlah mitra baru dalam partnerhip lending dan kini sudah bekerja sama dengan 21 mitra. 

"Untuk [partnership] lending, ke depan akan terus kerja sama dengan partners, peluangnya masih sangat besar," urainya.

Sepanjang tahun lalu, Bank Jago juga mencatat jumlah nasabah funding mencapai 1,4 juta orang. Kemudian, total dana pihak ketiga (DPK) pada akhir 2021 mencapai Rp 3,68 triliun, meningkat 357% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Menurut Kharim, kemampuan menekan beban bunga tak lepas dari kehadiran aplikasi Jago yang diluncurkan pada April 2021. Berkat aplikasi Jago, dana murah atau current account savings account (CASA) yang dihimpun mencapai Rp 1,68 triliun, meningkat 667% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, deposito meningkat 242% menjadi Rp2 triliun. Pencapaian tersebut membuat porsi CASA terhadap total DPK meningkat, dari 27,2% pada akhir 2020 menjadi 45,6% pada akhir 2021. Sebaliknya, porsi deposito menyusut dari 72,8% pada akhir 2020 menjadi 54,4% pada akhir 2021.

"Peningkatan dana murah merupakan hasil dari penerimaan publik terhadap aplikasi Jago sebagai solusi keuangan digital yang berfokus pada kehidupan," bebernya.

Hingga akhir 2021 Bank Jago mencatatkan total aset sebesar Rp 12,31 triliun, tumbuh 465% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Perseroan juga mencatatkan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 170%, yang mencerminkan modal yang kuat untuk mendukung ekspansi tahun-tahun mendatang.