Diwarnai Penolakan, Axiata Tetap Setujui Akuisisi 66% Saham Link Net

Cindy Mutia Annur/Katadata
Jajaran pimpinan XL Axiata usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan, Senin (29/4).
Penulis: Syahrizal Sidik
29/5/2022, 21.11 WIB

Sebagian pemegang saham perusahaan induk PT XL Axiata Tbk (EXCL), Axiata Group Berhad menolak rencana perusahaan mengakuisisi 66% saham PT Link Net Tbk (LINK) dari Grup Lippo.

Seperti dikutip dari The Edge, Employee Provident Fund (EPF), menolak rencana akuisisi tersebut melalui publikasi di situs perusahaan. Hal ini mengonfirmasi laporan The Edge sebelumnya bahwa perusahaan pengelola dana pensiun selaku pemegang saham terbesar Axiata Group Berhad menolak rencana aksi korporasi tersebut.

EPF tercatat memiliki sebanyak 16,95% saham dan termasuk di antara 42,17% pemegang saham yang hadir dan memberikan suara menolak akuisisi bersama Permodalan Nasional Bhd. Hanya saja, EPF tidak membeberkan alasan lebih lanjut mengenai alasan penolakan tersebut.

Sedangkan, PNB menyatakan di situs webnya bahwa mereka khawatir akuisisi tersebut berdampak buruk pada kinerja keuangan Axiata dalam jangka pendek karena potensi peningkatan tingkat utang yang membebani arus kas dan pendapatan perusahaan.

Meski ditolak sebagian pemegang saham, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) tetap memuluskan rencana akuisisi. "Mayoritas yang menyetujui mewakili 4,837 miliar saham, sedangkan yang tidak setuju memiliki 3,527 miliar saham," tulis laporan tersebut, dikutip Minggu (29/5).

Ketua Grup Axiata, Tan Sri Shahril Ridza Ridzuan mengatakan bahwa para pemegang saham yang tidak setuju terutama khawatir tentang dampak pada neraca perusahaan, tetapi manajemen telah meyakinkan posisi neracan perusahaan dapat dikelola dengan baik pasca akuisisi.

Grup Axiata mengusulkan akuisisi Link Net pada akhir Januari tahun ini, ketika mengumumkan bahwa unit yang sepenuhnya dimiliki secara tidak langsung Axiata Investments (Indonesia) Sdn Bhd (AII) dan 61,48% yang dimiliki secara tidak langsung PT XL Axiata Tbk telah menandatangani perjanjian pembelian saham bersyarat dengan Asia Link Dewa Pte Ltd (ALD) dan PT First Media Tbk (FM) akan mengakuisisi 1,82 miliar saham Link Net.

Pada penyelesaian akuisisi — yang masih memerlukan persetujuan regulator — yang akan membuat AII dan XL mengambil alih masing-masing 46,03% dan 20% yang dimiliki oleh ALD dan FM di Link Net, AII akan diwajibkan untuk melakukan penawaran tender wajib yang diusulkan untuk sisanya saham yang tidak dimilikinya di Link Net, sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan. 

Axiata Group Berhad pada awal Januari menyepakati perjanjian untuk mengakuisisi 66,03% saham Link Net dari Asia Link Dewa Pte Ltd (ALD) dan PT First Media Tbk (FM) 1,82 miliar saham melalui Axiata Investments (Indonesia) Sdn Bhd (AII). Harga pelaksanaan akuisisi tersebut Rp 4.800 per saham, sehingga Axiata bakal merogoh kocek senilai Rp 8,72 triliun.

AII akan diwajibkan untuk melakukan penawaran tender wajib untuk membeli 33,97% Saham Link Net yang tersisa sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Pelaksanaan tender wajib diharapkan akan selesai pada kuartal ketiga tahun 2022 dan akan menyesuaikan dengan perkembangan pemenuhan persyaratan untuk penyelesaian transaksi, termasuk perolehan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan. Rencana transaksi ini akan didanai melalui kombinasi dana internal dan/atau pinjaman bank, yang proporsinya akan ditentukan kemudian.

Sebelumnya, Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Dian Siswarini mengatakan, seiring dengan meningkatnya permintaan layanan digital, XL Axiata bersiap untuk mewujudkan visi menjadi operator konvergensi terkemuka di Indonesia.

"Sinergi yang akan dibuka melalui kolaborasi dengan Link Net ini menghadirkan proposisi yang menarik mengingat hal ini menjadi kesempatan untuk menggabungkan kekuatan konektivitas seluler, layanan broadband berbasis kabel, dan konten," kata Dian.

Link Net mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2000 dan sejak saat itu telah berkembang menjadi salah satu penyedia akses internet berkecepatan tinggi melalui jaringan tetap (high-speed broadband) dan TV kabel terkemuka di Indonesia, menjangkau 2,8 juta rumah di 23 kota dengan basis pelanggan sebesar sekitar 860.000.