PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) melakukan penggabungan usaha atau merger dua cucu usaha miliknya yang juga bergerak di industri kelapa sawit yakni, PT First Lamandau Timber International (FLTI) dan PT Hanamas Jaya Abadi (HJA).
FLTI dan HJI merupakan entitas usaha Triputra Agro melalui anak usahanya, yakni PT Agro Multi Persada.
Sekretaris Perusahaan Triputra Agro Persada Joni Tjeng mengatakan, salah satu tujuan penggabungan usaha adalah memberi manfaat efisiensi setelah transaksi efektif.
Selain itu, untuk mengembangkan kegiatan usaha yang dapat memberikan nilai tambah kepada perusahaan dan para pemegang saham. Perusahaan juga ingin meningkatkan pertumbuhan nilai aset, dan meningkatkan kontribusi laba bersih di masa mendatang.
Proses merger dilakukan melalui aksi FLTI yang akan mengeluarkan 5,3 juta saham baru dengan nilai nominal Rp 100. Hal ini sesuai dengan hasil penilaian atau valuasi Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) Martokoesoemo, Pakpahan, dan Rekan.
"Transaksi afiliasi dilaksanakan dan menjadi efektif pada 1 Juli 2022," ujarnya dalam pengumuman tertulis, dikutip Rabu (7/6).
FLTI merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha perkebunan dan industri kelapa sawit. Sementara itu, HJA bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit.
Triputra Agro tak pernah absen mengelola entitas usahanya. Terbukti, pada akhir Juni, Triputra Agro melakukan penyertaan modal ke entitas usaha yakni, PT TAP Applied Agri Services (TAPAS) melalui PT Agro Multi Persada (MAP) dan PT Persada Agro Nusantara (PAN) sebesar Rp 150 miliar.
Sehari sebelumnya, TAPG juga menyuntikkan modal kepada entitas usahanya yakni, PT Muaratoyu Subur Lestari (MSL) melalui PT Agro Multi Persada (MAP) dan PT Persada Agro Nusantara (PAN), dengan nilai yang sama, Rp 150 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan, pada kuartal I 2022, Triputra Agro membukukan laba bersih sebesar Rp 873,50 miliar atau naik 512% dari sebelumnya sebesar Rp 142,72 miliar. Kenaikan laba seiring dengan pendapatan perseroan yang juga meroket sebesar 62,14% menjadi Rp 2,19 triliun dari sebelumnya Rp 1,35 triliun.
Adapun, penjualan kelapa sawit dan inti kelapa sawit berkontribusi sebesar Rp 2,16 triliun atau naik dari sebelumnya sebesar Rp 1,32 triliun.
Kemudian, penjualan tandan buah segar tercatat sebesar Rp 13,93 miliar pada kuartal I 2022, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 19,37 miliar, serta penjualan produk karet menyumbang sebesar Rp 8,19 miliar, naik dari sebelumnya sebesar Rp 5,88 miliar.
Beban pokok penjualan perseroan tercatat sebesar Rp 1,36 triliun atau naik dari sebelumnya sebesar Rp 1,05 triliun. Kemudian, beban penjualan dan pemasaran tercatat sebesar Rp 45,97 miliar, beban umum dan administrasi sebesar Rp 127 miliar dan beban lainnya tercatat sebesar Rp 4,71 miliar.
Tahun ini, perseroan menyiapkan tiga strategi untuk meningkatkan kinerja yakni, membangun satu unit pabrik kelapa sawit (PKS) di Kalimantan Timur dengan kapasitas 30 ton per jam (TPH), membangun satu unit pabrik palm kernet oil (PKO) di Kalimantan Tengah dengan kapasitas 300 ton per hari, dan fokus pada program konservasi air sebagai inisiatif untuk mendapatkan pertumbuhan produksi yang berkesinambungan.