PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk berencana menggabungkan usaha atau merger antara anak perusahaan bidang mobile broadband, yakni PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) dan produk layanan jaringan tetap atau fixed broadband, Indonesia Digital Home (Indihome). Proses merger diharapkan rampung paling tidak pada awal tahun depan.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko, Heri Supriadi mengatakan, untuk tahap awal, Telkom akan membentuk model operasi bisnis konsolidasi, dan mengidentifikasi nilai tambah yang dihasilkan. Di saat bersamaan, perusahaan juga menjalankan seluruh ketentuan sesuai tata kelola perusahaan yang ada. 

"Kami akan melakukan proses merger, persetujuan dan lainnya antara akhir tahun dan awal tahun akan kami selesaikan," ujar Heri dalam Paparan Publik, Jumat (16/9). 

Terkait valuasi,  Telkom memastikan akan menghitung valuasi perusahaan secara adil dan mendiskusikan seluruh aksi korporasi ini dengan mitra pemegang saham lain.

"Transaksi antara Telkom, Telkomsel, dan ada pihak pemegang saham minoritas juga di Telkomsel yakni, Singtel. Jadi seluruhnya akan dilakukan dengan benar-benar fair valueGovernance akan berjalan dan dilakukan dengan transaksi yang adil dan transparan," katanya.

Direktur Strategic Portfolio, Budi Setyawan Wijaya mengatakan, aksi merger dilakukan untuk mengimplementrasikan strategi Fixed-Mobile Convergence (FMC). Strategi ini merupakan gabungan dua teknologi yang berbeda menjadi satu bentuk layanan terintegrasi dalam satu ponsel. Teknologi FMC menjanjikan layanan komunikasi yang selalu aktif bagi pelanggan yang melakukan aktivitas bergerak maupun tetap.

"Latar belakang FMC karena kita ingin memberi layanan terbaik pada pelanggan dan mempertahankan posisi di industri telekomunikasi," ujar Budi

Menurut dia, FMC merupakan strategi perusahaan telekomunikasi di seluruh dunia. Maka itu, Telkom turut menjalankan strategi tersebut untuk menghasilkan efisiensi dari berbagai lini, baik belanja modal, pemasaran, teknologi, sehingga mampu menghasilkan keuntungan yang optimal.

Dia memaparkan, saat ini jumlah rumah tangga di Indonesia tercatat mencapai 60 juta. Dari jumlah itu, sebanyak 25 juta hingga 30 juta rumah tangga berpotensi menjadi pelanggan home broadband. Sementara itu, jumlah pelanggan home broadband dari seluruh operator di Indonesia belum mencapai 11 juta. 

"Artinya pangsa pasar masih besar, tapi yang jadi tantangan adalah tidak semua bisa terjangkau oleh fiber," katanya.

Maka itu, Telkom berupaya menjalankan sinergi antara bisnis fixed broadband dan mobile broadband untuk memberi pilihan yang lebih luas, baik dari sisi produk, teknologi, maupun harga. 

"Ke depan, segmen pelanggan akan dikelola oleh telkomsel dengan berbagai kombinasi fixed dan mobile. Tentu akan ada value added (nilai tambah) yang bisa diidentifikasi sejak sekarang, itu yang bisa kita bentuk dalam rencana model," katanya. 

Dia berharap proses transisi konsolidasi bisa berlangsung halus dan tidak memberi dampak signifikan, baik bagi pelanggan maupun potensial pelanggan, sehingga potensi pasar bisa tergarap secara maksimal.