PT Manulife Aset Manajemen Indonesia memperkirakan imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun bisa kembali ke kisaran 6,50-6,75%. Proyeksi tersebut didasarkan oleh kinerja pasar obligasi Indonesia yang positif.
Direktur dan CIO Fixed Income Manulife Aset Manajemen Indonesia Ezra mengatakan, pasar obligasi Indonesia mencatatkan kinerja positif 3,5% di tahun 2022.
Kinerja pasar obligasi Indonesia pun lebih baik dibandingkan pasar lainnya di kawasan Asia. Hong Kong turun 8,6%, Filipina 6,0%, Singapura 5,1%, dan Thailand juga turun 4,0%.
Ezra menjelaskan bahwa selama tahun 2022, kurva imbal hasil pasar obligasi menunjukkan pola bearish flattening. Di mana obligasi dengan tenor paling pendek 2 tahun mengalami kenaikan imbal hasil paling signifikan yakni 181 bps.
Sedangkan obligasi dengan tenor paling panjang atau 30 tahun mengalami kenaikan imbal hasil paling kecil dengan 46 bps. Jika dilihat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, pasar obligasi Indonesia mencatatkan kinerja kumulatif sebesar 8,03% per tahun.
“Kepemilikan asing di pasar obligasi terlihat telah menyusut, dari semula 19,05% atau Rp 891,3 triliun pada akhir 2021 menjadi 14,36% atau Rp 762,2 triliun di akhir 2022,” ujar Ezra dalam acara 2023 Market Outlook Manulife Investment Management, Selasa (17/1).
Rendahnya kepemilikan asing di pasar obligasi diharapkan dapat mengurangi volatilitas akibat aksi jual investor luar negeri. Selain itu, ekspektasi berkurangnya agresivitas kenaikan Fed Funds Rate seiring dengan inflasi Amerika Serikat yang terus mengalami moderasi, akan mengangkat sentimen global dan membawa kembali arus tiga internal masuk dana asing.
“Di dalam negeri, diversifikasi investor domestik menjadi penopang utama, khususnya di perbankan, asuransi dan dana pensiun, serta investor ritel,” ujar Ezra.
Lebih lanjut Ezra memaparkan ada tiga katalis pasar obligasi di tahun 2023. Pertama, perbaikan fundamental makro. Indikator makro ekonomi yang membaik, seperti defisit fiskal di bawah target pemerintah dapat mendukung kenaikan rating Indonesia.
Kedua, kuatnya permintaan domestik. Permintaan dari investor perbankan, asuransi, dana pensiun, dan investor ritel diperkirakan masih kuat untuk menopang pasar. Ketiga, skenario pembukaan kembali Cina. Skenario dibukanya perekonomian Cina diperkirakan akan membantu meningkatkan sentimen positif ke pasar global.
Selain itu, risiko yang perlu diwaspadai yaitu ketidakpastian yang masih terus ada dari pasar global. Misalnya saja seperti perang Rusia dan Ukraina, kebijakan bank sentral Amerika dan dunia yang berpotensi kembali menjadi hawkish jika data ekonomi masih kuat di atas konsensus. Serta, tekanan politik yang berpotensi timbul jelang Pemilu 2024.