PT Pertamina Geothermal Energy atau PGE akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). PGE menawarkan 10,35 miliar saham baru atau setara 25% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) saham.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Ezaridho Ibnutama mengatakan bahwa IPO PGE memiliki potensi yang cukup menarik. Sebab Indonesia sudah menginisiasi net zero emissions target pada 2060, sedangkan PLN tidak ada rencana menambahkan batu bara ke PLTN setelah 2030.
“Selain dari itu geothermal sudah menjadi salah satu sumber listrik yang penting di dalam negara untuk mencapai target pemerintah untuk net zero emissions target,” ujar Ezar kepada Katadata.co.id, Rabu (1/2).
Sebagai informasi, Pertamina Geothermal Energy adalah anak usaha Pertamina Power Indonesia yang bergerak di bidang eksplorasi, eksploitasi, dan produksi panas bumi.
Emiten yang akan bersandi PGEO ini diprediksi akan mendapatkan kontribusi signifikan dari proyek-proyek dan pemilikan pembangkit listrik tenaga geothermal di Indonesia.
Dalam aksi IPO ini PGE menunjuk PT Mandiri Sekuritas, PT CLSA Sekuritas Indonesia, dan PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek. PGE juga menunjuk CLSA, Credit Suisse, dan HSBC sebagai international selling agents.
Dengan menunjuk underwriter dari luar negeri, IPO PGEO ini juga dapat menarik banyak investor dari mancanegara serta memiliki kemungkinan tinggi untuk oversubscribe.
“Ada kemungkinan tinggi untuk oversubscribe. Berpotensi untuk banyak investor asing karena geothermal adalah energi baru terbarukan (EBT) yang akan ada ESG rating tinggi,” kata Ezar.
Dalam prospektusnya, PGE menetapkan nilai nominal Rp 500 setiap saham dan harga penawaran dipasang di rentang Rp 820-945 per saham.
Dari aksi tersebut, perseroan akan mendapatkan dana segar hingga Rp 9,78 triliun. Menurut prospektus yang dipublikasikan, masa penawaran umum dilaksanakan pada 20 Februari 2023 sampai 27 Februari 2023.
Sekitar 85% dana yang diperoleh dari IPO akan digunakan untuk pengembangan usaha perseroan sampai 2025 yang terdiri dari:
- 55% akan digunakan untuk belanja modal (capital expenditure/capex) atau investasi pengembangan kapasitas tambahan dari wilayah kerja panas bumi atau WKP operasional perseroan saat ini. Hal tersebut dilakukan melalui pengembangan konvensional dan utilisasi co-generation technology untuk memenuhi permintaan tambahan dari pelanggan perseroan.
- 33% akan digunakan untuk belanja modal atau investasi pengembangan kapasitas tambahan dari WKP operasional perseroan saat ini yang dilakukan melalui pengembangan konvensional dan utilisasi co-generation technology untuk mengantisipasi kebutuhan pasar baru.
- 12% digunakan oleh perseroan untuk belanja modal atau investasi pengembangan kemampuan digital, analitik, dan manajemen reservoir untuk mendukung production, operation and maintenance excellence.
Selanjutnya 15% atau sebanyak-banyaknya sampai dengan US$ 100 juta yang diperoleh dari IPO akan digunakan perseroan untuk pembayaran sebagian facilities agreement atau kredit sindikasi.
IPO perusahaan telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM. Perseroan akan mengalokasikan 1,50% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO atau 630,39 juta saham untuk program Management and Employee Stock Option Program (MESOP).