PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) menetapkan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 13 triliun untuk tahun 2023. Rencananya anggaran akan digunakan untuk pembangunan jaringan di daerah Indonesia Timur.
President Director and CEO Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha mengatakan bahwa Nusa Tenggara hingga Papua akan menjadi fokus utama pembangunan di tahun 2023.
“Pembangunan difokuskan agar bagaimana jaringan tersebut dapat dinikmati oleh masyarakat di Indonesia Timur seperti di Jakarta,” ujar Vikram dalam konferensi pers, Senin (13/2).
Chief Financial Officer Indosat Nicky Lee Chi Hung menambahkan bahwa anggaran belanja modal akan difokuskan untuk digitalisasi dan infrastruktur perusahaan.
“Kita akan fokus kepada daerah yang belum ada jaringan, kami akan fokus kepada costumer experience pad 106 juta pengguna kami,” kata Nicky.
Tak hanya itu Vikram dan Nicky menargetkan IOH akan bertumbuh 5% hingga 6% sepanjang tahun 2023.
“Sangat optimis melihat 2023, karena kami percaya kita berada di tempat dan waktu yang tepat. Karena Indonesia salah satunya yang memiliki GDP terus bertumbuh,” kata Vikram.
Sebagai informasi, Indosat dan Hutchison 3 Indonesia telah melakukan merger dan berlaku efektif mulai 4 Januari 2022. Penggabungan keduanya menghasilkan entitas hasil merger yang kini bernama IOH.
Kedua pihak telah menandatangani perjanjian penggabungan bersyarat pada 16 September 2021 yang kemudian diperbarui pada 20 Desember. Berdasarkan rasio pertukaran, Indosat akan memegang porsi kepemilikan saham di Indosat Ooredoo Hutchison sebesar 67,4%, sedangkan Tri 32,6%.
Pada saat penyelesaian penggabungan usaha, ISAT nantinya menerbitkan 2,6 miliar saham kepada pemegang saham H3I yang akan mewakili 32,6% dari modal.
Vikram pun menargetkan proses integrasi Indosat dengan Hutchison akan rampun pada Maret 2023 mendatang.
Terkait kinerja tahun lalu, IOH mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 48,9% menjadi Rp 46,7 triliun sepanjang tahun 2022. Sebelumnya pada tahun 2021 perseroan mencatatkan pendapatan Rp 31,3 triliun.
Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 4,72 triliun. Melalui laporan laba tersebut didapat hasil capaian pelanggan seluler perusahaan yang meningkat dari 62,5% menjadi 102,2 juta dengan pertumbuhan lalu lintas data sebesar 91,8% di tahun 2022.
Pertumbuhan ini berkontribusi pada kenaikan pendapatan data sebesar 61,3% dibanding tahun sebelumnya. Adapun EBITDA tercatat sebesar Rp 19,46 triliun atau naik sebesar 40,2%, dengan margin EBITDA tercatat sebesar 41,6% pada 2022.
Meski pendapatan meningkat, ISAT membukukan penurunan laba bersih sebesar Rp 4,72 triliun atau turun 30% dibandingkan tahun 2021 yang sebesar Rp 6,75 triliun.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh peningkatan beban operasional, peningkatan beban depresiasi dan amortisasi, serta peningkatan biaya finansial, sebagai dampak dari penggabungan dua perusahaan, yang diimbangi oleh peningkatan pendapatan.