Calon emiten energi terbarukan, PT Pertamina Geothermal Energy menargetkan dana hingga Rp 9 triliun dari hajatan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) saham. Bahkan perusahaan giat merangkul investor bahkan dari berbagai negara.
Direktur Keuangan PT Pertamina Geothermal Energy Nelwin Aldiansyah menargetkan, perolehan dana dari IPO di sekitar Rp 9 triliiun. Di mana rencana penggunaan dana 85% untuk pengembangan kapasitas pembangkit listrik mencapai 600 mega watt.
Nelwin menjelaskan bahwa calon emiten yang akan bersandi PGEO ini baru saja menyelesaikan roadshow mengunjungi beberapa investor di Jakarta, Singapura, Hong Kong, London, dan New York.
“ Feedbacknya positif, tapi order-nya berapa kita lihat nanti. Kita optimistis penawaran ini cukup diminati oleh investor dari dalam negeri dan luar negeri," kata Nelwi dalam diskusi bersama Bahana Sekuritas, Rabu malam (15/2).
Adapun dari dana IPO, Nelwin menjelaskan PGEO akan berfokus pada investasi brownfield untuk menambah pembangunan 600 mega watt sepanjang 2023-2027 mendatang.
Sebagai informasi investasi brownfield adalah jenis investasi asing langsung. Dengan investasi brownfield, perusahaan membeli atau menyewa fasilitas yang ada.
PGEO menilai dengan investasi brownfield, perseroan dapat mengefisiensikan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) karena cukup menggunakan sumber yang sudah ada.
“Melalui brownfield project, kami tidak lagi melalui eksplorasi. Cukup menggunakan sumber yang sudah ada ini akan membuat biaya listrik akan lebih bersaing dari sumber daya alam,” kata Nelwan.
Dalam prospektusnya, PGE menetapkan nilai nominal Rp 500 setiap saham dan harga penawaran dipasang di rentang Rp 820-945 per saham. Dari aksi tersebut, perseroan akan mendapatkan dana segar hingga Rp 9,78 triliun. Menurut prospektus yang dipublikasikan, masa penawaran umum dilaksanakan pada 20-27 Februari 2023.