Perusahaan induk Grup Astra, PT Astra International Tbk (ASII), berpotensi mengalami kerugian senilai Rp 1,54 triliun dari investasinya di perusahaan teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan perusahaan pengelola rumah sakit, PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) sepanjang tahun 2022.
Merujuk laporan keuangan perusahaan, GOTO mencatatkan penyesuaian atas nilai wajar investasi di GOTO dan Hermina senilai minus Rp 1,54 triliun.
Untuk diketahui, Astra menanamkan modalnya sebesar US$ 250 juta pada 2018 di Gojek yang saat ini valuasinya diperkirakan mencapai US$ 3,5 miliar - US$ 4 miliar.
Sementara itu, Astra masuk membeli Rp 45 miliar saham RS Hermina melalui aksi private placement atau Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) pada April 2022. Saat ini, porsi kepemilikan saham Grup Astra di HEAL tercatat sebesar 7,43%.
Meski mencatatkan penurunan penyesuaian nilai wajar investasi di kedua emiten itu, Astra tercatat membukukan kenaikan pendapatan sebesar 29% menjadi Rp 301,27 triliun dari tahun 2021 yang sebesar Rp 233,48 triliun.
Sehingga, nilai laba bersih sebelum penyesuaian nilai wajar di saham GOTO dan HEAL tercatat naik 51% menjadi Rp 30,38 triliun dari sebelumnya Rp 20,19 triliun. Namun, setelah ada penyesuaian turun menjadi Rp 28,94 triliun. Sehingga, perusahaan membukukan laba bersih per saham menjadi Rp 715 per saham, naik 43% dari tahun sebelumnya.
Presiden Direktur Astra International, Djony Bunarto Tjondro mengungkapkan, Grup Astra membukukan pencapaian kinerja tertinggi pada tahun 2022, yang mencerminkan pemulihan ekonomi Indonesia yang kuat dan harga komoditas yang tinggi.
"Meskipun terdapat ketidakpastian terkait proyeksi ekonomi global, termasuk kemungkinan harga komoditas yang lebih rendah, kami tetap yakin dengan prospek jangka pendek dan Grup berada dalam posisi yang baik untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang," kata Djony.
Strategi tersebut dilakukan dengan melanjutkan evolusi portofolio bisnisnya dan investasi modal yang signifikan, dalam rangka mendukung prioritas
strategis perusahaan.
Secara rinci, berdasarkan segmen usaha, sektor alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi menorehkan laba terbesar yakni Rp 12,67 triliun, disusul segmen otomotif Rp 9,66 triliun, jasa keuangan Rp 6,03 triliun, agribisnis Rp 1,37 triliun.
Lainnya dari sektor infrastruktur dan logistik Rp 527 miliar, teknologi informasi Rp 75 miliar dan properti Rp 129 miliar.