Dua bank kelas kakap pelat merah yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) kembali membukukan kinerja cemerlang pada Januari 2023.
Berdasarkan data Mandiri Sekuritas dikutip Selasa (28/2), Bank Mandiri membukukan laba bersih Rp 3,8 triliun pada Januari 2023. Nilai tersebut naik 24,9% secara tahunan dan 30,6% secara bulanan. Jumlah ini selaras dengan proyeksi konsensus analis.
Lonjakan laba bersih Bank Mandiri disebabkan penurunan provisi sebesar 20% secara tahunan dan 32% secara bulanan menjadi Rp 753 miliar. Adapun pendapatan bunga bersih tumbuh solid, sebesar 13,7% menjadi Rp 5,9 triliun secara tahunan.
Sementara itu pendapatan berbasis komisi Bank Mandiri naik 6,6% menjadi Rp 1,1 triliun, dibandingkan bulan sama tahun lalu. Namun bila dibandingkan bulan sebelumnya mengalami penurunan 26%.
Pada periode yang sama, kredit bertumbuh 11,5%, dana pihak ketiga (DPK) naik 19,3%, loan to deposit ratio (LDR) 76,8%, dan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) mencapai 5,2%. Adapun rasio dana murah mencapai 77,4%.
Selain itu BNI juga mencetak lonjakan laba bersih 32% menjadi Rp 1,7 triliun pada Januari 2023. Kenaikan itu sejalan dengan proyeksi Mandiri Sekuritas dan konsensus analis.
Kenaikan didukung penurunan provisi 55% menjadi Rp 644 miliar. Pendapatan bunga bersih naik 10,4% menjadi Rp 3,5 triliun, fee based income naik 10,8% menjadi Rp 783 miliar.
Adapun kredit BNI tumbuh 10%, DPK turun 0,4%, LDR 90,7% dan NIM 4,9%. Lalu rasio dana murah mencapai 73,4%.
Sementara itu Mirae Asset Sekuritas Indonesia merekomendasi beli saham empat bank terbesar Tanah Air, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Rekomendasi itu mempertimbangkan kinerja empat bank tersebut yang mengesankan.
Analis Mirae Asset, Handiman Soetoyo dan Rizkia Darmawan dalam risetnya mengungkapkan keempat bank tersebut mampu mencatatkan laba bersih jumbo dan mencatatkan rekor tertinggi.
“The big 4 bank di 2022 mencatatkan kinerja mengesankan dengan mencatatkan rekor laba tertinggi baru, umumnya didorong kuatnya pertumbuhan pendapatan bunga bersih (NII) dan lebih rendahnya biaya provisi, bersamaan dengan naiknya pendapatan non bunga,” ujar Handiman.
Menurut dia, hasil kinerja keempat bank tersebut sesuai dengan estimasi konsensus pelaku pasar. Meski begitu, kata dia, kinerja BBCA di atas estimasi Mirae Asset, sedangkan BBNI di bawah estimasi.
Tahun lalu BCA membukukan rekor laba bersih Rp 40,7 triliun, melesat 29,6% dari 2021. BRI juga berhasil mencatatkan rekor tertinggi yakni Rp 51,2 triliun pada 2022, atau melesat 64,7% dari 2021.
Rekor serupa juga dicatatkan Bank Mandiri dengan membukukan rekor laba bersih tertinggi Rp 41,2 triliun di 2022 atau terbang 46,9% dari 2021. Selain itu BNI berhasil membukukan rekor tertinggi baru laba bersih Rp 18,3 triliun di 2022, melesat 68% dibandingkan 2021.
Rizkia mengatakan, kinerja empat bank kakap tersebut berpeluang terus mengesankan sepanjang tahun ini. Meski begitu, pada kuartal I biasanya merupakan kinerja kuartal paling lambat bagi sektor perbankan, terutama dalam hal pertumbuhan kredit.
Namun, pencabutan pembatasan mobilitas sejak awal tahun dan meredanya kasus Covid-19 dan jelang perayaan Hari Raya Idul Fitri di kuartal II, bisa membatasi perlambatan pertumbuhan pinjaman.
“Kami memprediksi pertumbuhan pinjaman secara kuartal per kuartal akan mendatar di kuartal I 2023,” ujar dia.
Rizkia menyatakan tetap mempertahankan status overweight dengan rekomendasi beli bagi saham BMRI, BBCA, BBRI dan BBNI.
“Meski begitu ada beberapa potensi risiko dari keempat saham ini yakni kualitas aset yang memburuk, lonjakan beban provisi, pertumbuhan kredit yang lebih lambat dan gejolak pasar,” kata dia.
Mirae Asset menargetkan harga saham BBCA di Rp 10.100, BBRI Rp 6.100, BMRI Rp 12.300, dan BBNI di Rp 12.500 per sahamnya.