Emiten maskapai penerbangan BUMN, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) melakukan sejumlah strategi untuk meningkatkan harga saham perusahaan. Melansir dari data RTI, saham Garuda Indonesia turun 64,71% secara tahunan. Bahkan tiga bulan di 2023, sahamnya sudah merosot 58,86% dan secara mingguan masih memperlihatkan penurunan 6,49%.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, pihaknya akan membereskan dari sisi fundamental. Menurutnya sebuah perusahaan bisa membangun cerita yang baik apabila fundamental sebuah perusahaan sudah benar.
Kedua, Garuda Indonesia akan selalu menyampaikan kondisi atau pun situasi perusahaan yang sebenarnya ke pelaku bursa sendiri. Apalagi, Garuda ini satu-satunya industri maskapai udara milik pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga menurut Irfan tidak ada komparasi.
"Jadi kami saat ini dalam proses memberi update secara terus menerus kepada pelaku bursa. Saya tidak terlalu kaget juga jika para pelaku bursa kurang aware terhadap kondisi Garuda karena ekspose kita selama ini lebih banyak ke media bukan ke pelaku bursa," katanya kepada Katadata.co.id, dikutip Rabu (12/4).
Irfan mengaku telah mendapat saran agar perusahaan bisa memberi informasi terkait kondisi Garuda secara berkala. Oleh karena itu, pihak Garuda Indonesia berkeliling ke para pelaku bursa untuk menyamaratakan persepsi mengenai kondisi perusahaan saat ini.
"Tapi tidak dapat dipungkiri kemungkinan besar, para pemegang saham GIAA saat ini 20% merupakan kreditur pemegang homologasi, yang mungkin mereka tidak punya appetite (keinginan) pegang saham, jadi ya lepas aja dalam kondisi apapun. Ini salah satu yang kami monitor," ujarnya.
Selanjutnya, Irfan menyampaikan, perusahaan saat ini tengah mencari orang yang bisa mengkomunikasikan mengenai GIAA ke pelaku bursa. Sebab setelah GIAA mengeluarkan kinerja keuangan untuk tahun buku 2022, menurutnya kurang direspon positif oleh pasar. Irfan memperkirakan hal itu karena persoalan komunikasi.
Catatan Katadata.co.id, saham Garuda Indonesia anjlok ke level terendahnya sejak melantai di bursa saham pada 2011 silam di harga Rp 750. Bahkan saham Garuda terus mengalami tekanan dan sempat beberapa kali mengalami auto reject bawah (ARB) berturut-turut setelah suspensi sahamnya dibuka mulai 3 Januari 2022.
Pada perdagangan pukul 11.21 waktu JATS, tercatat saham GIAA mengalami kenaikan 2,86% ke level Rp 72 per saham.