Emiten batu bara PT RMK Energy Tbk (RMKE) membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 761 miliar sepanjang kuartal pertama 2023 atau meningkat 84,2%. Pada periode yang sama tahun lalu, dibukukan pendapatan Rp 413 miliar.
Dari segmen penjualan batu bara, perseroan mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 545,7 miliar atau meningkat sebesar 76,1% secara tahunan.
Kenaikan pendapatan tersebut didukung oleh kenaikan volume penjualan batubara yang meningkat sebesar 146,2% menjadi 792.000 metrik ton batu bara. Pertumbuhan volume penjualan batu bara ini ditopang oleh pertumbuhan produksi in house, PT Truba Bara Banyu Enim (TBBE) yang memproduksi 303,600 metrik ton batu bara, meningkat sebesar 110,3% secara tahunan sejak beroperasi pada Februari tahun lalu.
Pendapatan segmen ini memberikan kontribusi sebesar 71,6% ke total pendapatan perseroan. Laba kotor yang berasal dari segmen ini sebesar Rp 92,6 miliar atau meningkat sebesar 248,8% dan berkontribusi sebesar 50% dari total laba kotor perseroan. Adapun marjin laba kotor dari segmen batu bara ini adalah sebesar 17,0%.
Dari segmen jasa batu bara, perseroan mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 216,2 miliar atau meningkat sebesar 108,5%. Kenaikan pendapatan segmen ini didukung oleh kenaikan volume jasa bongkar kereta dan muat tongkang batu bara yang meningkat masing-masing sebesar 28,5% dan 55,6%.
Pendapatan segmen ini memberikan kontribusi sebesar 28,4% ke total pendapatan perseroan. Laba kotor yang berasal dari segmen ini sebesar Rp 92,7 miliar atau meningkat sebesar 125,4% dan berkontribusi sebesar 50% total laba kotor perseroan. Adapun marjin laba kotor dari segmen batu bara ini adalah sebesar 42,9%.
Direktur Operasional RMK Energy William Saputra mengatakan, perseroan berupaya menebalkan marjin dengan mengimplementasikan strategi operasional yang dapat menekan biaya operasional, sehingga normalisasi harga batu bara masih dapat diakomodir oleh peningkatan volume dan optimalisasi biaya.
Pada kuartal pertama tahun ini, perseroan berhasil mempercepat ketepatan waktu bongkar kereta yang lebih cepat 30 menit menjadi 03:22 jam per kereta sehingga berdampak membaiknya man-hour ratio to loading barge yang lebih cepat 3:01 jam.
“Dari aspek penggunaan bahan bakar, perseroan berhasil menekan fuel ratio menjadi 0,85 liter per metrik ton atau lebih efisien 0,16 liter per metrik ton dibandingkan tahun lalu sebesar 1,02 liter per metrik ton. Perbaikan kinerja operasional ini dapat membantu perseroan untuk meningkatkan marjin laba di tengah normalisasi harga saat ini,” ujar William dalam public expose virtual, Rabu (3/5).