PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel pada kuartal I tahun 2023 membukukan laba bersih senilai Rp 501 miliar atau tumbuh 9,1% dari Rp 459 miliar di periode yang sama tahun 2022. Laba bersih perseroan ini ditopang pendapatan yang naik 9,9% menjadi Rp 2,06 triliun dari Rp 1,87 triliun secara tahunan.
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan, pendapatan dari penyewaan menara telekomunikasi atau Tower Leasing masih menjadi faktor pendorong pertumbuhan utama perseroan di kuartal I 2023 itu.
"Kontribusi pendapatan terbesar berasal dari pendapatan segmen Tower Leasing yang mencatatkan pendapatan sebesar Rp 1,73 triliun atau tumbuh sebesar 18,8% dibandingkan kuartal pertama tahun 2022. Pertumbuhan pendapatan ini didorong oleh penambahan tenant dan kolokasi, termasuk akuisisi menara Indosat pada kuartal pertama tahun ini," ujar Teddy, sapaan akrab Theodorus, dalam keterangan resmi dikutip Kamis (4/5).
Selain dari segmen Tower Leasing, pendapatan Mitratel juga ditopang dari segmen Reseller sebesar Rp 154 miliar, Fiber Rp 34 miliar, dan Tower-Related Business Rp 128 miliar. Kinerja fundamental Mitratel di kuartal pertama tahun ini tetap tumbuh seiring dengan digencarkannya program monetisasi aset dari aksi korporasi organik dan inorganik yang dituntaskan pada 2022.
"Tahun ini, kami melanjutkan pertumbuhan bisnis organik dan inorganik untuk mengkreasikan pertumbuhan bisnis yang berkesinambungan," kata Teddy.
Pada 2022, Mitratel mengakuisisi menara telekomunikasi dan serat kabel optik (fiber optic). Dampak positif dari akuisisi menara itu adalah pertumbuhan pendapatan Tower Leasing dan memperoleh pendapatan terbaru dari fiber optic. Mitratel pada kuartal pertama tahun ini mengantongi pendapatan senilai Rp 34 miliar dari segmen Fiber. Pada kuartal pertama tahun lalu, segmen ini belum mencatatkan pendapatan.
“Kunci pertumbuhan protofolio baru ini didorong kemitraan strategis yang mengakselerasi go to market, mendapatkan pesanan dari operator selular serta aksi korporasi inorganik dengan mengakuisisi aset fiber sepanjang 6.012 km, sehingga pada akhir Maret 2023, Mitratel memiliki total aset kabel serat optic sepanjang 25.509 km,” ujar ia.
Mitratel juga sedang menggarap bisnis Power To The Tower. Teddy mengatakan model bisnis Power to The Tower ini adalah penyediaan sumber energi on grid (terkoneksi dengan sumber energi utama) maupun off grid (jaringan yang tidak terhubung ke listrik PLN) di lokasi (site) menara telekomunikasi.
Perseroan memproyeksikan pasar atas bisnis Power To The Tower akan tumbuh sampai dengan tahun 2026 dengan compound annual growth rate (CAGR) sebesar 6%. ”Mitratel melihat ini sebagai peluang dalam membangun ekosistem penyewaan menara yang lebih komprehensif dan berinisiatif menjadi pemain utama dalam bisnis ini,” ujar Teddy.
Adapun, EBITDA Mitratel pada tiga bulan pertama di tahun ini mampu tumbuh 16,2%. Kenaikan aset tercatat 2,40% atau menjadi Rp 57,42 triliun dari Rp 56,07 triliun pada akhir tahun 2022.
Teddy memproyeksikan pendapatan Mitratel hingga akhir tahun 2023 tumbuh sebesar 11% dibandingkan pendapatan di tahun 2022 senilai Rp 7,73 triliun.
"Mitratel menerapkan beragam strategi pemasaran untuk merespon perubahan dan memenuhi permintaan konsumen. Beberapa strategi itu diantaranya membentuk tim pemasaran yang dibekali analytical tools agar memudahkan konsumen, yakni operator telekomunikasi, untuk menyewa menara yang selaras dengan rencana dan ekspansi bisnis mereka di pulau Jawa dan luar Pulau Jawa," kata Teddy.
Menara Baru
Mitratel pada kuartal I 2023 memiliki 36.439 menara dan telah membangun 105 menara baru dan mengakuisisi 997 menara. Mitratel tercatat sebagai perusahaan penyedia menara terbesar di Asia Tenggara dari sisi jumlah kepemilikan menara.
Lokasi menara telekomunikasi Mitratel sebanyak 15.278 menara di Jawa dan 21.161 menara berada di luar Jawa atau sekitar 58% dari total menara.
"Pertumbuhan penambahan tenant di luar Jawa sebesar 25,3%, lebih tinggi dibandingkan di Jawa yang sebesar 21,9%. Hal ini menunjukkan bahwa strategi Mitratel untuk ekspansi dan mengoptimalkan pertumbuhan di luar Jawa sesuai dengan strategi ekspansi dari operator seluler di Indonesia," ungkap Teddy.
Saat ini, Mitratel memiliki 36.439 menara sehingga Mitratel merupakan perusahaan infrastruktur digital (Digital InfraCo) yang independen dan terbesar di Asia Tenggara serta di posisi ke-12 secara global.