Empat bank kakap yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) membukukan laba bersih Rp 66,4 triliun per Mei 2023. Jumlah tersebut naik 17,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pada periode tersebut, BCA dengan kode saham BBCA mencetak pertumbuhan laba bersih tertinggi sebesar 34,7% menjadi Rp 19,4 triliun. Disusul Bank Mandiri dengan kode BMRI 18,8% menjadi Rp 18,4 triliun, BNI berkode BBNI 15,1% menjadi Rp 8,4 triliun, dan BRI berkode BBRI 5,1% menjadi Rp 20,1 triliun.
Namun berdasarkan laporan riset Samuel Sekuritas Indonesia dikutip Kamis (6/7) BBCA dan BBRI mencatatkan penurunan kinerja dibandingkan bulan sebelumnya.
Penurunan laba bersih bulanan BCA karena penurunan pendapatan non bunga. Sedangkan di BRI terutama disebabkan oleh sejumlah pengeluaran satu kali (akumulasi penyesuaian gaji selama 4 bulan terakhir serta penyesuaian akuntansi), serta kenaikan cost of fund.
Sementara itu per Mei 2023, BCA mencetak pertumbuhan pendapatan bunga bersih tertinggi (net interest income/NII) sebesar 25% menjadi Rp 29 triliun, diikuti Bank Mandiri 12,4% menjadi Rp 28,9 triliun, dan BNI 4,4% menjadi Rp 17 triliun. Adapun NII BRI turun 2,1% menjadi Rp 43,5 triliun.
BCA juga mencetak pertumbuhan kredit tertinggi, sebesar 11,1% menjadi Rp 713 triliun, lalu Bank Mandiri 10,4% menjadi Rp 964 triliun, BRI 10,1% menjadi Rp 1.087 trili, dan BNI 5,9% menjadi Rp 629 triliun.
Dana pihak ketiga BCA mencapai Rp 1.041 triliun, BRI Rp 1.202 triliun, Bank Mandiri Rp 1.148 triliun, dan BNI Rp 735 triliun. Loan to deposit ratio BCA mencapai 68,5%, BRI 90,4%, Bank Mandiri 84%, dan BNI 85,6%.
Terkait rekomendasi, Samuel Sekuritas Indonesia mengambil BBNI dan BBRI sebagai top picks. BBNI direkomendasikan beli dengan target harga Rp 12.700 dan BBRI di Rp 6.200.
“BBNI telah melakukan pembenahan internal yang mengesankan, yang akan membantu meningkatkan kualitas aset, dan kami meyakini jarak antara valuasi BBNI dengan pesaing terdekatnya yakni BMRI akan semakin menyempit,” tulis analis Samuel Sekuritas Indonesia Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman.
Sementara itu, BBRI berpotensi membukukan pertumbuhan kredit dua digit pada 2023, didukung oleh program Kupedes, yang akan mendongkrak net interest margin (NIM) meskipun ada potensi tekanan dari biaya dana.
“Kami juga memiliki rating buy untuk BMRI dengan target Rp 6.600. Sementara BBCA di target harga Rp 10.300 memiliki prospek yang solid di 2023,” tulis riset.
Namun investor perlu mencermati risiko downside akibat pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dari perkiraan, pertumbuhan pinjaman dan NIM yang lebih lemah dari yang diperkirakan, serta kenaikan biaya kredit.
Meski demikian, Samuel Sekuritas masih lebih menyukai bank besar daripada bank kecil. Sebab bank-bank besar diperkirakan akan terus memimpin pertumbuhan kredit dan bank-bank tersebut akan menikmati biaya dana yang lebih rendah di tengah makin ketatnya likuiditas.
"Kami mempertahankan rating overweight kami untuk sektor ini. Karena kami meyakini bahwa bank-bank dalam coverage kami dapat menyerap potensi risiko kenaikan NPL dan membukukan pertumbuhan NIM pada 2023 terutama bank-bank besar, di tengah lingkungan suku bunga yang tinggi yang membuka jalan untuk pertumbuhan pendapatan sebesar 12,4% di 2023,” tulis riset Samuel Sekuritas.
Bank digital
Sementara itu bank digital mencatatkan penurunan NIM yang beragam per Mei 2023. PT Bank Jago Tbk (ARTO) dan PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) membukukan kinerja positif. Sedangkan PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) dan PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) membukukan kinerja yang cenderung negatif.
Bank-bank tersebut mencatatkan penurunan biaya provisi di Mei-23, terutama karena penambahan yang dilakukan di bulan sebelumnya, namun secara kumulatif, masih ada kenaikan yang signifikan di Mei 2023 sebesar 208,4%.
Terkait pendapatan, bank-bank tersebut berhasil membukukan pertumbuhan NII gabungan yang cukup besar sebesar 121,4% secara tahunan, didukung oleh pertumbuhan kredit yang mencapai 132,9% per Mei 23. Namun ada penurunan NIM sebesar minus 291 bps secara bulanan menjadi 10,8% di Mei 2023, karena dampak kenaikan suku bunga ke bank-bank digital lebih parah ketimbang ke bank-bank besar.