Jadi Favorit Investor Asing, Saham BBRI Tembus Level Tertinggi Baru
Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk atau BRI berhasil mencapai level tertinggi baru sepanjang masa atau all time high pada penutupan perdagangan Jumat (19/5).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), emiten dengan kode saham BBRI ditutup melesat Rp 200 atau 3,85% ke Rp 5.400. Pada penutupan sesi I BBRI pun sudah mencapai all time high usai melonjak 3,4% ke posisi harga Rp 5.375 per unit. Adapun level tertinggi sebelumnya dicetak BBRI pada 5 Mei lalu yakni di harga Rp 5.225 per saham.
Penguatan harga saham BBRI juga sejalan dengan penguatan mayoritas saham sektor bank. Sehingga sektor keuangan menjadi penopang utama penguatan Indeks Harga Saham Gabungan jelang akhir pekan ini.
Saham BRI, pada perdagangan kemarin menjadi saham yang paling banyak diborong oleh investor asing sebesar Rp 505,9 miliar. Bahkan secara year to date, BRI merupakan saham di urutan pertama yang paling banyak diborong oleh investor asing hingga senilai Rp 6,4 triliun.
Penguatan harga tersebut memperkuat posisi BBRI sebagai emiten dengan kapitalisasi pasar atau market cap terbesar ke dua di BEI. Saat ini, market cap BBRI mencapai Rp 810 triliun atau berada di urutan kedua setelah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan market cap Rp 1.098 triliun.
Menggeliatnya saham BBRI terjadi karena investor cenderung kembali memburu saham-saham perbankan setelah beberapa hari sebelumnya terkoreksi. Selain itu, membaiknya sentimen pasar global juga turut menopang saham-saham bank terutama bank kelas kakap.
Secara kinerja keuangan, pada kuartal pertama 2023, BBRI menjadi saham dengan perolehan dan pertumbuhan laba terbesar. Laba bersih BBRI pada kuartal pertama 2023 mencapai Rp 15,6 triliun, naik 27,4% secara tahunan.
Saat ini, BRI memang tengah agresif mengejar profitabilitas pasca pandemi dengan target rasio pengembalian terhadap ekuitas lebih dari 19% di 2025. Dengan target tersebut, diperkirakan BBRI dapat merebut kembali keunggulan yang saat ini dipegang oleh sang kompetitor.
Di sisi lain, BRI menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 10%-12% di tahun 2023 dengan tetap fokus pada segmen UMKM. Tahun lalu BRI tercatat telah menyalurkan kredit secara konsolidasi sebesar Rp 1.139,1 triliun, tumbuh 9,2%.
Target Harga
Lebih lanjut meski saham BBRI sudah melesat, NH Korindo Sekuritas Indonesia tetap mempertahankan rekomendasi beli saham BBRI dengan target harga Rp 6.000.
Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Leonardo Lijuwardi menyebutkan bahwa target harga tersebut mencerminkan proyeksi price to book value (PBV) sebesar 2,8 kali untuk tahun 2023. PBV BBRI saat ini masih di bawah historis dalam lima tahun terakhir dengan rata-rata 2,5 kali yang mana menunjukkan bahwa BBRI memiliki valuasi yang cukup premium.
“Adapun katalis yang bisa menjustifikasi harga BBRI ini adalah dengan performa yang lebih baik di 2023. Yaitu pertumbuhan kredit Kupedes dan kontribusi segmen ultra mikro dengan marjin tinggi. Perseroan juga didukung biaya dana dan biaya kredit yang lebih rendah,” tulisnya dalam riset Jumat (19/5).
Sedangkan yang menjadi risiko dalam potensial downside-nya BBRI ini antara lain situasi makro yang tidak kondusif, serta ekspektasi penyaluran kredit dan kinerja yang tidak bertumbuh.
Sementara itu, menurut hasil Indeks Bisnis UMKM yang dilakukan melalui BRI Research Institute, pelaku usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia optimistis pada kuartal dua 2023. Hal tersebut digambarkan dari peningkatan ekspektasi indeks bisnis UMKM tiga bulan ini yang meningkat menjadi 131,9 dari ekspektasi indeks pada periode sebelumnya sebesar 130,1.
Peningkatan ekspektasi tersebut ditopang oleh perayaan Idul Fitri, mendorong permintaan dan harga barang dan jasa meningkat, puncak panen raya tanaman bahan makanan yang terjadi pada kuartal dua 2023 dan kondisi cuaca yang semakin kondusif bagi sektor pertambangan, konstruksi, pertanian, dan perikanan laut.