Bos PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja dan investor kawakan Lo Kheng Hong memiliki pandangan yang berbeda mengenai investasi.
Investasi menjadi alternatif yang dapat dilakukan untuk meraih berbagai tujuan, membeli rumah, mobil, membiayai pendidikan anak, atau mencapai kebebasan finansial atau financial freedom.
Secara umum ada dua jenis investasi yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Kedua jenis ini sama-sama menawarkan keuntungan kepada investor. Namun investor dituntut cermat dalam menerapkan strategi investasi yang cocok untuk dipilih.
Adapun contoh investasi jangka pendek, seperti reksa dana pasar uang, deposito, dan peer to peer lending. Sedangkan jenis investasi jangka panjang di antaranya saham, obligasi, reksa dana, emas, dan tanah.
Jahja menilai ketika melakukan investasi, ada baiknya untuk melakukan diversifikasi aset. Artinya jangan hanya berinvestasi dalam satu jenis saja.
“Kalau dari saya sebagai investor, saya tidak menganjurkan hanya saham BCA. Tetap harus punya basket of investment, saham, obligasi, dolar, rupiah, reksa dana jadi tidak hanya satu tempat,” ujar Jahja dalam siaran langsung Instagram BCA Sekuritas dikutip Rabu (2/8).
Diversifikasi sebagai informasi adalah salah satu strategi manajemen risiko dalam berinvestasi. Tujuan utama dari diversifikasi adalah mengurangi risiko kerugian jika salah satu aset investasi memiliki performa buruk. Selain itu, diversifikasi juga dilakukan untuk meningkatkan kemungkinan keuntungan.
Don’t put all your eggs in one basket adalah sebuah pepatah terkenal yang menyarankan agar jangan mempertaruhkan segalanya pada keberhasilan satu usaha atau aset.
Jahja pun memperingati untuk tetap berhati-hati dalam berinvestasi. Menurutnya walaupun berinvestasi dalam berbagai instrumen, namun hal-hal fundamental tetap harus menjadi perhatian utama. “Tapi harus tetap pilih-pilih,” ujarnya.
Menanggapi strategi investasi Jahja, Lo Kheng Hong mengaku punya pandangan yang berbeda dengan bos bank swasta nasional terbesar di Tanah Air tersebut. Pria yang kerap dijuluki Warren Buffett asal Indonesia itu mengaku tidak suka mendiversifikasi instrumen investasi.
Ia bahkan menggunakan perumpamaan membeli mobil Mercedes dengan harga Bajaj. Artinya ketika menemukan saham dengan fundamental baik dengan harga yang murah maka dana yang ada harus ditaruh disana sebanyak-banyaknya.
“Saya tidak suka diversifikasi, kalau bisa membeli Mercy seharga Bajaj kita dorong uang kita disitu. Kalau kita tahu sektor perbankan itu sektor yang baik tentu kita malas untuk diversifikasi ke sektor lain,” ujarnya dalam acara yang sama.
Lo Kheng Hong menambahkan ketika sudah menemukan sektor atau perusahaan yang baik, ia akan mendorong dananya untuk terus membeli di saham tersebut.
“Orang yang tahu apa yang mereka lakukan membuat ia tidak bisa diversifikasi, ketika mereka menemukan berlian di harga kerikil tentu tidak bisa diversifikasi karena mendorong uangnya disitu,” kata investor kawakan tersebut.