PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) mengumumkan kondisi force majeure terkait pelaksanaan perjanjian penjualan dan pembelian liquified natural gas (LNG) dengan Gunvor Singapore Ltd. Emiten koleksi Lo Kheng Hong itu juga mengumumkan surat konfirmasi (confirmation notice/CN) dengan perusahaan yang sama pada 3 November 2023.
“Perseroan memperkirakan kondisi force majeure tersebut tidak kurang dari beberapa bulan pada tahun 2024,” kata Sekretaris Perusahaan PGAS Rachmat Hutama dalam keterbukaan informasi BEI, Rabu (8/11).
Dalam hal ini PGAS bertindak selaku penjual dan Gunvor Singapore sebagai pembeli.
Force majeure adalah keadaan di mana debitur gagal menjalankan kewajiban pada kreditur karena kejadian di luar kuasanya.
Namun hingga saat ini menurutnya belum terlihat dampak yang signifikan terhadap kegiatan operasional, hukum, dan kondisi keuangan PGAS.
Terkait kinerja keuangan, hingga kuartal tiga 2023, PGAS mencatatkan laba bersih tahun berjalan yang diatribusikan ke entitas induk sebesar US$ 198,5 juta atau setara Rp 3,15 triliun di triwulan tiga 2023. Laba tersebut turun 36% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 310,52 juta atau Rp 4,93 triliun.
Pencapaian laba bersih tersebut berasal dari pendapatan konsolidasi sebesar US$ 2,7 miliar dan laba operasi sebesar US$ 389,9 juta. Untuk nilai EBITDA yang diperoleh adalah sebesar US$ 814,6 juta.
Adapun total aset PGAS mencapai US$ 6,68 miliar, turun dari posisi akhir tahun 2022 sebesar US$ 7,19 miliar. Total liabilitas PGAS juga mengalami penurunan, menjadi US$ 3,2 miliar dari sebelumnya US$3,75 miliar di akhir tahun 2022.
Sementara itu jumlah pemegang PGAS bulan Oktober 2023 mengalami penurunan dibandingkan satu bulan sebelumnya. Dari 105.227 menjadi 103.022 atau berkurang sebanyak 2.205 pemegang saham. Penerima manfaat akhir dari kepemilikan saham adalah Arief S. Handoko yang tak lain adalah direktur utama PGAS.
Pada perdagangan Rabu (8/11) saham PGAS tengah terpantau turun 5,37% ke Rp 1.150 pada pukul 13.57 WIB. Sedangkan secara tahun berjalan sudah melemah 34,20%.