Bisnis Sudah Tak Layak, 7 BUMN Resmi Dibubarkan

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/hp.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyampaikan pembubaran BUMN dalam rangka transformasi bisnis perusahaan pelat merah.
29/12/2023, 13.21 WIB

Kementerian Badan Usaha Milik Negara atau BUMN resmi membubarkan tujuh perusahaan yang dibawahi PT Perusahaan Pengelola Aset atau PPA pada Kamis (29/12). 

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan pembubaran tujuh perusahaan tersebut salah satu program bersih-bersih atau dikatakan sebagai transformasi BUMN. 

Kartika menyebut sejak 2019, Menteri BUMN Erick Thohir telah menggencarkan transformasi BUMN. Misalnya seperti membentuk holding, merger, serta penanganan BUMN bermasalah.

"Perusahaan BUMN yang sudah tidak layak dari sisi bisnis, keuangan, serta tidak memiliki dampak kepada negara, dibubarkan," kata Kartika dalam konferensi pers di Menara Danareksa, Jakarta. Jumat (29/12). 

Tiko menjelaskan pembubaran yang dilakukan BUMN merupakan salah satu target Kementerian BUMN merampingkan jumlah perusahaan sampai di bawah 40 dengan 12 klaster. Namun, Tiko tidak menyebut secara detail kapan target perampingan perusahaan BUMN hingga di bawah 40 dapat terealisasikan. 

Direktur Utama PPA, M Teguh Wirahadikusumah, mengatakan enam BUMN telah mendapatkan Peraturan Pemerintah atau PP pembubaran. Enam perusahaan tersbeut yakni PT Iglas, PT Industri Sandang Nusantara, dan PT Istaka Karya. Lalu ada PT Kertas Kraft Aceh, PT Kertas Leces, dan PT Merpati Nusantara Airlines.

"PT Pembiayaan Armada Niaga Nasional (PANN) masih menunggu PP pembubaran," kata Teguh, Jumat (29/12). 

Dalam data yang ditampilkan PPA, masih ada 15 perusahaan BUMN lain dalam kondisi sakit. Teguh menyatakan 15 perusahaan ini disurat kuasakan kepada PPA untuk dikaji lebih lanjut. Pengkajian tersebut seperti memberikan kejelasan apakah BUMN-BUMN tersebut dapat disehatkan, direstrukturisasi, atau pun diputuskan untuk dibubarkan.

Adapun ketujuh perusahaan BUMN yang dibubarkan seperti PT Istaka Karya, menurut catatan Kementerian Keuangan, mencatatkan saldo rugi Rp 669 miliar. Lalu ada Kertas Leces yang mencatatkan saldo rugi Rp 1,76 triliun.

Lalu ada Kertas Kraft Aceh yang memiliki saldo rugi Rp 1,9 triliun serta ekuitas minus Rp 1,1 triliun. Industri Gelas mencatatkan saldo rugi Rp 1,33 triliun dan ekuitas minus Rp 1,19 triliun.

Kemudian Merpati Nusantara Airlines memiliki ekuitas negatif yang sangat parah, yaitu Rp 6,77 triliun. Sementara PT Pembiayaan Armada Niaga Nasional atau PANN ekuitasnya minus Rp 3,29 triliun.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail