PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) beri kabar baik soal pengurangan utangnya di awal tahun 2024. Garuda Indonesia per 30 November 2023 tercatat memiliki 59.368 pemegang sahamnya.
Kabar positif tersebut yakni maskapai nasional pelat merah itu menyelesaikan pelunasan sebagian atas porsi Reg-S Surat utang sejumlah US$ 536,45 juta, dari keseluruhan US$ 624,21 juta. Surat utang itu memiliki bunga 6,5% yang jatuh tempo pada tahun 2031.
Garuda Indonesia juga melunasi sukuk yang diterbitkan oleh Garuda Indonesia Global Sukuk Limited sejumlah US$ 78,01 juta dengan jumlah distribusi periodik sebesar 6,5% yang jatuh tempo pada tahun 2031.
Garuda Indonesia melunasi sebagian jumlah pokok Surat Utang porsi Reg-S dan Sukuk sebesar US$ 113,80 juta melalui skema penawaran tender atau tender offer. Tender offer tersebut memiliki total nilai pelaksanaan sebesar US$ 49,99 juta yang dilunasi secara bertahap pada tanggal 21 Desember 2023 untuk surat utang dan 29 Desember 2023 untuk sukuk.
Pelunasan sebagian ini dilakukan kepada pemegang surat utang dan sukuk yang mayoritas merupakan para kreditur Garuda Indonesia dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Pelunasan tersebut dirampungkan dengan menggunakan sumber dana dari kas internal perusahaan.
Seiring kabar tersebut, saham GIAA pada perdagangan Jumat (5/1) tampil cemerlang dengan kenaikan 5,4% ke posisi Rp 78 jelang penutupan sesi pertama. GIAA juga masuk di jajaran saham top gainers.
Top gainers adalah saham dengan kenaikan harga paling tinggi diantara seluruh saham di pasar modal dibandingkan harga pembukaannya pada satu hari.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyampaikan, selesainya aksi korporasi pelunasan sebagian atas surat utang dan sukuk menjadi salah satu komitmen Garuda Indonesia dalam menjaga kepercayaan para kreditur. Hal itu selaras dengan berbagai langkah perbaikan kinerja yang ditempuh pasca PKPU.
"Inisiatif ini juga diharapkan dapat memperbaiki struktur permodalan untuk menjadi semakin sehat ke depannya terutama dari sisi kemampuan likuiditas dan solvabilitas perusahaan. Sehingga operasional Garuda Indonesia dapat berlangsung optimal dan adaptif dalam mewujudkan performa kinerja perusahaan yang kami proyeksikan akan tumbuh semakin positif," jelas Irfan.
Sambung Irfan, pelunasan sebagian surat utang dan sukuk itu juga merupakan bagian dari langkah proaktif Garuda Indonesia untuk memastikan fundamental kinerja keuangan perusahaan tumbuh solid.
“Aksi korporasi tersebut juga menjadi representasi niat baik perusahaan secara berkelanjutan dalam memastikan proses penyelesaian kewajiban terhadap para kreditur berjalan semakin prudent," ungkap Irfan.
Garuda Indonesia mencatatkan pertumbuhan fundamental bisnis yang konsisten. Hal tersebut terefleksikan dalam capaian pendapatan usaha perusahaan secara grup hingga periode kuartal tiga 2023 yang tumbuh sebesar 48,32% dari capaian periode yang sama di tahun sebelumnya.
Pertumbuhan pendapatan juga dikontribusikan oleh pendapatan usaha yang dihasilkan dari penerbangan berjadwal yang meningkat 49,02% year on year menjadi US$ 1,72 miliar. Lalu penerbangan tidak berjadwal meraih pendapatan sebesar US$274,25 juta. Kemudian pendapatan lainnya mencapai US$ 234,91 juta.
“Dengan indikator kinerja keuangan yang semakin membaik, termasuk posisi EBITDA, serta rasio cash flow perusahaaan, outlook pemulihan kinerja kami harapkan secara bertahap dapat terus berangsur membaik secara konsisten bertumbuh positif,” kata Irfan.