Seremoni pencatatan perdana saham (listing) PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE) atau AKP Nickel Mining dihadiri Sekretaris Kabinet (Seskab) sekaligus politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Pramono Anung. NICE merupakan perusahaan tercatat ketiga di 2024 dan emiten ke-906 di BEI.

Tak mengherankan proses listing dihadiri Pramono Anung, sebab merujuk dokumen IPO, nama entitas induk terakhir dari NICE adalah PT Dwidaya Mega Investama yang dimiliki Herman Herry Adranacus. Herman merupakan anggota DPR dari fraksi PDIP dari daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur II sejak 2004 dan berturut selama empat periode sampai sekarang. Sedangkan sang anak Stevano Andranacus yang menjadi Direktur Utama NICE kini maju menjadi caleg DPR dari dapil yang sama.

Pada debut perdananya, Selasa (9/1) saham perusahaan di bidang tambang bijih nikel dibuka naik 8,22% ke level Rp 474 per lembar dari harga penawaran umum Rp 438. Lalu terus menguat hingga menembus auto reject atas (ARA) dan memimpin top gainers dan top frequency pagi ini. 

Dana yang diraup dari IPO NICE senilai Rp 532,78 miliar, dengan kapitalisasi pasar saham NICE mencapai Rp 2,66 triliun.

Selama proses penawaran umum, minat investor di porsi penjatahan terpusat cukup tinggi hingga terjadi kelebihan permintaan atau oversubscribed sebanyak 15,72 kali. 

Sementara usai IPO, Stevano mengatakan, terdapat rencana pelepasan kepemilikan saham oleh PT Sungai Mas Minerals (SMM), PT Inti Mega Ventura (IMEV),  Michael Adhidaya Susantyo (MAS) dan Victor Agung Susantyo (VAS). Masing-masing sebesar 1,85 miliar saham, 1,73 miliar saham, 25 juta saham dan 25 juta saham kepada LX International Corp (LXI) atau entitas yang ditunjuk oleh LXI (pembeli) berdasarkan CSPA tanggal 2 November 2023. LXI sebelumnya dikenal dengan nama LG International dari LG Group.

Stevano menyebut usai diakusisi oleh LXI nantinya akan ada rencana ekspansi. Yang pertama LXI akan meningkatkan produksi yang saat ini 2 juta produksi menjadi 2,5–3 juta. Selain itu, 

NICE akan menggendong LXI sebab LXI adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan memiliki ekosistem kendaraan elektrik di Korea. 

“Ini adalah sesuatu yang bisa kami sinergikan sesuai dengan rencana jangka panjang kita menuju hilirisasi,” kata Stevano usai pencatatan perdana saham NICE di BEI, Selasa (9/2).

Usai IPO, NICE juga akan merombak jajaran direksi. Stevano mengatakan porsi untuk LXI sekitar ada empat direksi dan satu komisaris. Sedangkan NICE mengisi dua direksi dan satu direksi.

Dengan demikian, demi meningkatkan produksi setelah IPO, Stevano menegaskan sampai lima tahun ke depan NICE hanya mengandalkan kekuatan internal keuangan perusahaan sebab saat ini perusahaan tidak memiliki utang sama sekali. Ia menyebut, kas bersih NICE masih mampu untuk menunjang rencana lima tahun ke depan.

Pengambilalihan perseroan oleh pembeli, yang akan dilakukan berdasarkan CSPA, akan tunduk kepada syarat-syarat pendahuluan sebagai berikut:

  1. Pembeli telah memperoleh seluruh persetujuan perusahaan yang diperlukan untuk menyetujui pengambilalihan perseroan oleh LXI dan persetujuan yang relevan dari otoritas Pemerintah Republik Korea. Berhasil diselesaikannya penawaran umum perdana saham yang dibuktikan dengan pencatatan awal saham perseroan di BEI. 
  2. Pengambilalihan perseroan tersebut akan dilakukan oleh PT Energi Battery Indonesia (EBI) sebagai entitas yang ditunjuk oleh LXI yang merupakan anak perusahaan LXI yang 99,99% sahamnya dimiliki oleh LXI.

Pengendali perseroan saat ini adalah Herman Herry Adranacus. Ia merupakan pemegang 80% saham PT Dwidaya Mega Investama (DMI). Di mana DMI adalah pemegang 99% saham SMM. Adapun setelah pengambilalihan saham perseroan, LXI melalui EBI akan menjadi pengendali baru perseroan dan akan terjadi perubahan pengendali dan pemilik manfaat akhir dari perseroan. Stevano menegaskan seluruh dana IPO yang didapatkan tak menyangkut politik. 

PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan bijih nikel melalui kegiatan eksplorasi. Perusahaan didirikan pada tahun 2008 dan memiliki lahan tambang di Desa Lameruru, Kecamatan Langgikima, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Tambang perseroan memiliki luas area konsesi sebesar 1.975 hektare (ha) di mana kepemilikan dan pengoperasian tambang dilakukan secara 100%.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila