PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) menargetkan pertumbuhan laba dan pendapatan 10% pada 2024. 

Investor Relation Manager SIDO, Stephanie Setiawan menyatakan demi mengejar target itu, strategi yang dilakukan SIDO dengan menggenjot ekspor. Perseroan menargetkan ekspor tumbuh di atas 10% dalam 2-3 tahun ke depan. 

Produk SIDO saat ini banyak diekspor ke negara-negara di ASEAN dan bahkan Afrika. Ia mengatakan terdapat juga permintaan dari warga Indonesia yang tinggal di luar negeri terhadap produk SIDO, seperti Tolak Angin.

Saat ini, lanjutnya, fokus ekspansi SIDO tertuju pada tiga negara utama, yaitu Malaysia, Nigeria, dan Filipina. Di Malaysia, kata Stephanie, produk andalannya adalah minuman energi seperti Kuku Bima Energi, tetapi juga terdapat permintaan untuk produk lain seperti Tolak Angin.

Tak hanya itu, rencana ekspansi di Malaysia mencakup merambah ke wilayah baru di Sabah dan Sarawak melalui kerjas ama dengan distributor lokal, terutama karena wilayah tersebut merupakan area perkebunan dengan banyak pekerja perkebunan. 

“Di sana karena kebetulan di Sabah dan Sarawak ini adalah area plantation gitu ya, ada banyak plantation worker jadi kita akan masuk dengan produk Kuku Bima Energi,” kata Stephanie dalam kanal Youtube Mirae Asset Sekuritas, dikutip Jumat (15/3).  

Kemudian, SIDO juga gencarkan ekspor ke Nigeria. Stephanie melihat potensi pasar cukup besar karena Nigeria memiliki populasi yang besar dan permintaan yang tinggi terhadap minuman energi, seperti Kuku Bima Energi.

Namun, bisnis di Nigeria memiliki risiko yang cukup tinggi, terutama karena depresiasi mata uang yang signifikan pada tahun sebelumnya, mencapai sekitar 70%. 

Demi mengurangi risiko tersebut, SIDO berencana untuk mulai tahun 2024 melakukan semua transaksi dengan Nigeria menggunakan dolar untuk menjaga stabilitas dari sisi keuangan. Selain itu, pembayaran akan dilakukan di muka, bahkan sebelum produksi barang dimulai, meskipun permintaan tetap tinggi. 

Ketiga, Stephanie mengatakan SIDO juga mengekspor ke Filipina sebab pasar di negara tersebut mirip dengan Indonesia di mana produk seperti Tolak Angin sangat populer. Selain Tolak Angin, Tolak Angin Care Ointment Oil juga telah berhasil mendapatkan pangsa pasar sekitar 4% dalam waktu hanya dua tahun.  

Dengan tingkat penerimaan yang baik dari konsumen, katanya, pasar di Filipina menunjukkan potensi yang cukup besar. Pada bulan Juli 2023, SIDO juga menambah satu distributor baru di Filipina, yang memiliki sekitar 50.000 outlet, tetapi baru sekitar 20.000 outlet yang telah digunakan. 

“Jadi sebenarnya room to grow di Filipina ini masih cukup besar,” ucap Stephanie.  

Selain tiga negara tersebut, SIDO juga mengincar beberapa negara di Asia Tenggara dan bahkan di kawasan Indocina serta negara-negara di Afrika selain Nigeria sebagai potensi pasar ekspor bagi SIDO.

Namun, lanjut Stephanie, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi ketika hendak melakukan ekspor ke negara-negara tersebut. Misalnya, produk SIDO memiliki karakteristik yang agak berbeda dan tersegmentasi, terutama karena banyak produknya berasal dari bahan herbal.

Oleh karena itu, sebelum melakukan ekspor, perusahaan biasanya melakukan survei pasar terlebih dahulu dan melakukan uji coba produk di lokasi. 

“Biasanya kita juga selanjutnya harus menemukan distributor yang tepat yang bisa meng-handle produk-produk kita, gitu,” pungkasnya.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila