Emiten perbankan, PT Bank OCBC Indonesia Tbk (NISP) membukukan laba bersih sebesar Rp 1,16 triliun pada kuartal I 2024. Profitabilitas NISP naik 13% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 1,02 triliun.
Pertumbuhan laba bersih OCBC Indonesia itu seiring dengan peningkatan pendapatan bunga sebesar 12% yoy menjadi Rp 4,12 triliun dari periode yang sama 2023 sebesarRp 3,68 triliun. Sementara itu, pendapatan syariah turun menjadi Rp 222,38 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 234,76 miliar.
"Kami senantiasa optimis dan mendorong pertumbuhan serta layanan yang komprehensif di setiap segmen dengan tetap berpegang pada prinsip kehati-hatian,” kata Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur OCBC Indonesia, dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis (2/5).
Perusahaan mencatatkan laba sebelum pajak sebesar Rp 1,48 triliun, naik 13% year on year. Return on Equity (ROE) NISP meningkat menjadi 13%. Selain itu, Parwati mengatakan, kondisi likuiditas bank juga tercatat sehat dengan Liquidity Coverage Ratio (LCR) sebesar 228,3%, di atas ketentuan regulator.
Adapun total penyaluran kredit OCBC Indonesia meningkat sebesar 11% yoy pada kuartal I 2024. Parwati mengatakan hal ini terutama didorong oleh pertumbuhan segmen kredit perbankan ritel sebesar 13% dan kredit perbankan bisnis sebesar 10%. Selain itu, penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) naik sebesar 16% yoy, termasuk didukung oleh produk unggulan KPR Easy Start & KPR Kendali.
Sejalan dengan komitmen OCBC untuk tetap berpegang pada prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit, rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) gross berada pada level 1,8% sementara NPL net berada di level 0,6%, Keduanya mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
“Dana Pihak Ketiga (DPK) OCBC tumbuh sebesar 7% yoy pada posisi akhir Maret 2024 dengan komposisi CASA sebesar 56,6% dibandingkan total DPK,” tambahnya.
NISP mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 1% atau sebesar Rp 252,4 triliun dari Rp 249,75 triliun. Ekuitas bank turun menjadi Rp 36,84 triliun dari periode sebelumnya yakni Rp 37,32 triliun. Adapun liabilitas tercatat naik menjadi Rp 215,56 triliun dari total sebelumnya Rp 212,43 triliun.