Kinerja emiten farmasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Indofarma Tbk (INAF), membukukan rugi sebesar Rp 53,94 miliar sepanjang Januari–Maret 2024. Meskipun demikian, rugi kuartal I tahun ini susut 12,7% dari periode rugi yang sama sebelumnya Rp 61,79 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dikutip Rabu (31/7), penjualan bersih anak usaha PT Bio Farma ini ambruk 74,3% menjadi Rp 43,63 miliar. Padahal pada periode yang sama, INAF sempat membukukan penjualan Rp 169,79 miliar.
Secara rinci, penjualan bersih segmen lokal ethical anjlok 70,7% menjadi Rp 18,91 miliar dari periode yang sama sebelumnya Rp 64,60 miliar pada 2023. Sementara penjualan alat kesehatan, jasa klinik, dan lainnya turun 15,3% menjadi Rp 5,42 miliar, vaksin anjlok 30,2% menjadi Rp 13,53 miliar, hingga over the counter anjlok 37,2% menjadi Rp 1,94 miliar.
Sementara pada kuartal I 2024, penjualan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) tidak catatkan penjualan, padahal sebelumnya sektor ini berkontribusi sebesar Rp 73,30 miliar.
Adapun melihat dari sisi ekspor, segmen over the counter berkontribusi Rp 1 miliar atau melonjak 231,7% dari sebelumnya Rp 305,82 juta pada Maret 2023. Kemudian kontribusi ethical anjlok 68,4% menjadi Rp 534 juta dan alat kesehatan berkontribusi Rp 2,26 miliar.
Di samping itu, beban pokok penjualan menjadi Rp 43,34 miliar per kuartal I 2024. Dengan demikian laba bruto Indofarma per Maret 2024 tercatat Rp 290,76 juta. Kemudian beban penjualan tercatat Rp 16,41 miliar, beban umum dan administrasi senilai Rp 26,17 miliar, dan kerugian bersih lain-lain Rp 1,99 miliar.
Apabila melihat dari sisi neraca, total aset emiten farmasi itu turun 4,3% menjadi Rp 792,23 miliar sepanjang Januari–Maret 2024. Sebelumnya, INAF memiliki aset Rp 759,82 per Desember 2023.
Sementara ekuitas INAF masih negatif Rp 858,08 miliar per Maret 2024. Tak hanya itu, utang atau jumlah liabilitas Indofarma semakin membengkak menjadi Rp 1,65 triliun. Utang tersebut naik 5,5% dari periode Desember 2023 sebesar Rp 1,56 triliun.