PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 778,11 miliar hingga kuartal ketiga 2024. Raihan laba itu meningkat 32,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 586,57 miliar. 

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan Sido Muncul meningkat 11,2% menjadi Rp 2,62 triliun pada hingga September 2024. Sebelumnya, perusahaan mencatat pendapatan Rp 2,36 triliun di periode yang sama 2023. 

Secara rinci perolehan pendapatan Sido Muncul disokong oleh penjualan jamu herbal dan suplemen sebesar Rp 1,54 triliun dari sebelumnya Rp 1,45 triliun. Lalu dari segmen makanan dan minuman berkontribusi Rp 986,04 miliar dari Rp 820,39 miliar. Paling sedikit berasal dari segmen farmasi yaitu Rp 95,28 miliar dari Rp 85,41 miliar.

Memasuki kuartal keempat, Manajemen Sido Muncul optimistis terhadap prospek bisnis perusahaanya hingga akhir 2024. Perusahaan memperkirakan adanya kenaikan permintaan musiman selama periode akhir tahun, ditambah kondisi cuaca yang mendukung konsumsi. 

Dengan faktor-faktor tersebut, perusahaan yakin berada di jalur yang tepat untuk mencapai target pertumbuhan penjualan tahunan lebih dari 10%. Dengan demikian SIDO terus fokus memperkuat jaringan distribusi dan memperkenalkan produk-produk baru.

 “Baik di pasar domestik maupun pasar ekspor utama, menempatkan perusahaan pada posisi yang baik untuk pertumbuhan berkelanjutan,” tulis Manajemen SIDO dalam keterangan resminya, Kamis (24/10). 

Masih di Bawah Ekspektasi 

Meski tumbuh kuat secara tahunan, Stockbit Sekuritas menilai bahwa kenaikan laba berasal dari level yang tergolong rendah sebelumnya (efek low-base). Hasil ini membuat laba bersih selama sembilan bulan pertama 2024 mencapai Rp 778 miliar rupiah atau naik 33%, tetapi masih di bawah ekspektasi karena hanya mencapai 60%–66% dari perkiraan tahunan Stockbit dan konsensus.

Sebagai perbandingan, laba bersih SIDO pada periode sembilan bulan biasanya mencapai 70% dari total tahunan.“Laba bersih yang relatif rendah disebabkan oleh pendapatan yang tergolong tidak terlalu baik, terutama pada segmen utama perseroan dan penurunan margin,” tulis riset Stockbit Sekuritas, Kamis (24/10).

Pada kuartal ketiga 2024, segmen-segmen bisnis SIDO mengalami penurunan margin laba kotor (GPM) baik secara tahunan maupun kuartalan, kecuali di segmen Farmasi. Manajemen SIDO menjelaskan bahwa kenaikan signifikan harga gula belakangan ini berdampak negatif lebih besar dibandingkan manfaat dari penurunan harga bahan baku lain, seperti citric acid, creamer, dan taurin.

Namun, Stockbit Sekuritas mengatakan beban operasional berhasil berkurang secara signifikan sebesar 26% secara tahunan pada kuartal ini. Sehingga margin laba usaha (OPM) tetap dapat meningkat hingga 29,7% dibandingkan 23,4% pada kuartal ketiga tahun sebelumnya.

Setelah merilis laporan keuangan, harga saham SIDO pada perdagangan Kamis (24/10) kemarin anjlok sebesar 6,02% menjadi Rp 625 rupiah per lembar. Stockbit Sekuritas menyebut bahwa penurunan ini tidak hanya dipengaruhi oleh kinerja kuartal ketiga 2024 yang kurang memuaskan, tetapi juga ketidakpastian prospek penjualan segmen utama, yaitu Herbal dan Suplemen (Tolak Angin). 

Meskipun sempat mencatatkan pertumbuhan positif pada kuartal pertama atau naik 13% yoy dan kuartal kedua 8% yoy 2024, segmen ini kini menunjukkan pertumbuhan negatif. Manajemen SIDO juga menyampaikan bahwa mereka belum menentukan apakah akan menaikkan harga produk pada 2025, mengingat lemahnya permintaan saat ini.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila