Sejumlah perbankan telah mengumumkan kinerjanya hingga kuartal tiga 2024 seperti bank berkapitalisasi jumbo PT Bank Central Asia Tbl (BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Dari deretan bank besar itu BRI menjadi bank yang mencetak laba paling besar yaitu Rp 45,06 triliun.
Adapun di posisi ke dua ada Bank Mandiri Rp 42 triliun lalu diikuti BCA sebesar Rp 41,1 triliun. Sementara BNI membukukan laba paling kecil yaitu Rp 16,3 triliun per September 2024.
Peringkat | Nama Bank | Laba | Pertumbuhan Laba | |
1. | BRI | Rp 45,06 Triliun | 2,43% | |
2. | Bank Mandiri | Rp 42 Triliun | 7,56% | |
3. | BCA | Rp 41,1 Triliun | 12,8% | |
4. | BNI | Rp 16,3 Triliun | 3,52% |
Berikut ringkasan kinerja BBRI, Bank Mandiri, BCA, dan BNI:
1. BRI
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) secara konsolidasian membukukan laba bersih Rp 45,06 triliun hingga September 2024. Laba bersih BRI ini meningkat 2,43% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 43,99 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan di media massa, pada Rabu (30/10), BRI mencatat kerugian penurunan nilai aset keuangan atau impairment mencapai Rp 32,45 triliun, melonjak 39,6% dibandingkan dengan periode yang sama sebelumnya Rp 23,23 triliun.
Di sisi lain, BRI mampu membalikkan kerugian nilai wajar aset keuangan yang mencapai Rp 1,11 triliun pada akhir September 2023, menjadi untung Rp 2,2 triliun per September 2024.
Bank beraset terbesar di Indonesia ini mencatatkan pendapatan bunga bersih sebesar Rp 107,75 triliun pada periode Januari-September 2024, naik 4,6% dibandingkan dengan setahun sebelumnya Rp 103,01 triliun.
BRI juga membukukan penyaluran kredit Rp 1.353,36 triliun, naik 14,23% secara tahunan. Meskipun kredit tumbuh, BRI mampu menurunkan rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) gross dari 3,23% menjadi 3,04% pada akhir kuartal III 2024. BRI pun mencatat rasio pencadangan atau NPL coverage mencapai 215,44% sampai dengan kuartal tiga 2024.
2. Bank Mandiri
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 42 triliun hingga kuartal III 2024. Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menjelaskan, capaian tersebut tumbuh 7,56% secara tahunan atau year on year (yoy).
Bank Mandiri juga mencatatkan realisasi kredit kuartal III 2024 secara konsolidasi mencapai 20,8% secara tahunan atau yoy menjadi Rp 1.590 triliun. Ia menjelaskan, capaian realisasi kredit tersebut diikuti dengan kualitas aset yang terjaga, tercermin secara bank-only rasio kredit bermasalah atau rasio NPL Bank Mandiri sebesar 0,97% atau menurun 39 basis poin (bps) secara tahunan.
3. BCA
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membukukan laba bersih Rp 41,1 triliun pada sembilan bulan pertama pada 2024, tumbuh 12,8% secara tahunan atau year on year (yoy). Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan pertumbuhan laba ini ditopang oleh ekspansi pembiayaan berkualitas, serta peningkatan volume transaksi dan pendanaan.
Penyaluran pembiayaan BCA ditopang kredit korporasi yang menjadi segmen dengan pertumbuhan tertinggi 15,9% yoy mencapai Rp 395,9 triliun. Kredit komersial naik 11,8% yoy menjadi Rp 135,3 triliun sedangkan kredit usaha kecil menengah (UKM) tumbuh 14,2% yoy hingga Rp 120,1 triliun.
Pertumbuhan kredit yang solid diikuti dengan terjaganya kualitas pembiayaan perseroan. Rasio loan at risk (LAR) mencapai 6,1% per September 2024, membaik dari posisi setahun lalu di angka 7,9%. Adapun rasio kredit bermasalah (NPL) berada di tingkat yang terjaga 2,1%.
4. BNI
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mencatatkan laba sebesar Rp 16,3 triliun per September 2024. Laba BNI naik 3,52% jika dibandingkan dengan laba kuartal tiga tahun lalu Rp 15,75 triliun. Pertumbuhan laba BNI didorong oleh pemulihan pendapatan operasional dan kualitas aset yang terjaga dengan baik.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, kinerja solid BNI pada kuartal ketiga 2024 mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghadapi tantangan ekonomi baik domestik maupun global.
Penyaluran kredit naik 9,5% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 735 triliun ditopang oleh segmen berisiko rendah. Kredit korporasi blue chip, baik dari sektor swasta maupun badan usaha milik negara (BUMN) serta institusi pemerintah, kredit konsumer, dan kontribusi dari perusahaan anak menjadi sumber pertumbuhan terbesar.