Nilai tukar rupiah dibuka stagnan di level Rp 15.645 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot pagi ini. Namun, rupiah berpotensi menguat setelah penambahan injeksi likuiditas oleh Bank Indonesia (BI).
Adapun mayoritas mata uang Asia menguat pagi ini. Mengutip Bloomberg, yen Jepang naik 0,16%, dolar Singapura 0,03%, dolar Taiwan 0,21%, won Korea Selatan 0,32% dan peso Filipina 0,04%.
Kemudian, yuan Tiongkok juga menguat 0,03% diikuti rupee India 0,02%, ringgit Malaysia 0,15%, dan baht Thailand 0,02%. Hanya dolar Hong Kong yang terpantau melemah tipis 0,02% terhadap dolar AS.
(Baca: BI Suntik Lagi Likuiditas ke Perbankan Rp 117 T Lewat Penurunan GWM)
Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengatakan, upaya BI dalam menerapkan beberapa kebijakan baru seperti menambah suntikan likuiditas atau quantitative easing mampu mendorong masuknya valuta asing dan aliran modal (capital inflow).
"Ini berkontribusi positif terhadap pergerakan nilai tukar rupiah dan pasar keuangan domestik," kata Josua kepada katadata.co.id, Rabu (15/4).
BI kembali menurunkan giro wajib minimum dan membebaskan kewajiban tambahan giro terkait pemenuhan Rasio Intermediasi Makroprudensial atau RIM perbankan. Dengan kebijakan baru tersebut, likuiditas perbankan akan bertambah sekitar Rp 117 triliun.
Tambahan likuiditas tersebut terdiri atas Rp 102 triliun yang berasal dari penurunan GWM dan Rp 15,8 triliun dari pembebasan ketentuan RIM.
(Baca: BI Diprediksi Tahan Bunga Acuan demi Jaga Rupiah )
Selain sentimen dari dalam negeri, Josua mengungkapkan sentimen di pasar saham Amerika Serikat tadi malam juga cukup positif. "Sehingga adanya sentimen tersebut akan membatasi potensi pelemahan rupiah," ujar dia.
Sedangkan terkait potensi penurunan surplus neraca perdagangan, dia memperkirakan tak akan berdampak signifikan terhadap pergerakan rupiah.
Dengan sejumlah sentimen tersebut, dia pun memperkirakan kurs rupiah terhadap dolar pagi ini akan bergerak di rentang Rp 15.500 - 15.700 per dolar AS.