Bank Indonesia mencatat aliran modal asing yang keluar alias nett outflow dari Indonesia sejak Januari hingga saat ini mencapai Rp 40,16 triliun. Derasnya modal asing yang keluar ini terjadi akibat kekhawatiran virus corona.
"Dampak temporer dari virus corona ini, secara tahun kalender atauyear to date terjadi nett outflow Rp 40,16 triliun," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Rabu (11/3).
Ia memerinci, modal asing keluar dari obligasi pemerintah mencapai Rp 31,76 triliun dan Rp 4,87 triliun pada portofolio saham. Sedangkan sisanya keluar dari instrumen lain.
(Baca: Harga Naik Imbas Corona, Pemerintah Harus Siap Hadapi Darurat Pangan)
Derasnya outflow terjadi terutama di bulan Februari dan Maret. Pada bulan Februari saja, sambung ia, terjadi outflow sebesar Rp 28,9 triliun dari Surat Berharga Negara (SBN). Kemudian, aliran modal asing juga telah keluar sebesar Rp 18 triliun dari SBN di bulan Maret.
Perry pun menyayangkan kondisi ini. Pasalnya, aliran modal yang masuk sebelum virus corona mewabah sudah cukup besar. "Januari masih nett inflow begitu 25 Januari terjadi virus corona langsung terjadi outflow," ujarnya.
Seiring masih berlanjutnya kekhawatiran penyebaran virus corona, para investor memang tak mau ambil risiko. Mayoritas investor global saat ini beramai-ramai menjual portofolionya.
(Baca: Stimulus Bertebaran Untuk Hadapi Corona, IHSG Sesi I Malah Turun 0,37%)
Namun orang nomor satu di bank sentral ini meyakini para investor asing akan kembali menanamkan modalnya di Tanah Air jika keadaan membaik. Saat ini, ivestor memang cenderung beralih menyimpan uang tunai dan emas.
Akibat adanya outflow yang cukup besar, nilai tukar rupiah telah terdepresiasi 3,39% sejak awal Januari hingga 10 Maret 2020. "Ini memang saat-saat yang heavy pressure di mana perang dagang belum selesai, masih ada corona, belum lagi perang minyak lagi," ucap dia.
Adapun nilai tukar rupiah saat ini masih melemah. Mengutip Bloomberg, rupiah loyo 0,14% ke level Rp 14.371 per dolar AS pada pukul 13.00 WIB.