Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) anjlok pada perdagangan awal pekan ini. Rupiah memimpin pelemahan mata uang Asia terhadap Greenback. Pelemahan ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran akan meluasnya virus corona ke luar Tiongkok.

Rupiah langsung dibuka terkoreksi pada perdagangan Senin (24/2). Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka pada level 13.777 per dolar AS atau terkoreksi 0,12% dibandingkan penutupan perdagangan Jumat (21/2) pekan lalu. Koreksi terus membesar hingga saat berita ini ditulis berada pada posisi Rp 13.885 per dolar AS, atau terkoreksi 0,91% dari penutupan Jumat pekan lalu.

(Baca: Lonjakan Kasus Corona di Korsel, Italia, dan Iran Picu Kekhawatiran)

Mayoritas mata uang Asia lainnya juga melemah terhadap dolar AS. Namun, mata uang Garuda tercatat melemah paling dalam. Won Korea Selatan tercatat melemah 0,74%,ringgit Malaysia 0,66%, baht Thailand 0,53%, dolar Singapura 0,29%, dolar Taiwan 0,25%, peso Filipina 0,24%.

Rupee India, yuan Tiongkok, dan dolar Hong Kong juga melemah meski tipis yaitu kurang dari 0,2%. Sedangkan yen Jepang menguat tipis yaitu 0,09%.

Meluasnya virus corona ke luar Tiongkok menambah kekhawatiran akan dampaknya terhadap ekonomi global. Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, pasar khawatir ekonomi global akan memburuk.

"Dengan memburuknya ekonomi global, ada kemungkinan bank sentral global akan kembali menurunkan suku bunga dan menggelontorkan stimulus," kata dia kepada Katadata.co.id, Senin (24/2). Langkah ini dilakukan untuk menopang ekonomi.

Ia memperkirakan kebijakan anggaran di beberapa negara juga akan lebih longgar tahun ini. Ini artinya, defisit anggaran di beberapa negara termasuk di Indonesia kemungkinan akan diperbesar.

(Baca: Wabah Virus Corona Meluas, Harga Minyak Anjlok Lebih dari 2%)

Ibrahim melanjutkan, Commonwealth Bank of Australia bahkan mengharapkan Bank Sentral AS, The Federal Reserve, memangkas bunga acuan sebanyak dua kali pada paruh kedua tahun ini. "Karena mereka khawatir virus mengancam ekonomi global," ujarnya.

Bila masalah virus corona ini belum bisa terselesaikan, ia memprediksi, harga emas akan menyentuh US$ 1.760 pada kuartal I 2020, bahkan bisa menembus US$ 1.900 di kuartal II 2020. Seiring meningkatnya penempatan pada aset aman emas, Ibrahim menjelaskan bahwa aset berisiko seperti rupiah akan terus tertekan.