Bank Indonesia atau BI menyebut neraca perdagangan pada tahun ini berpotensi surplus. Sepanjang tahun lalu, neraca perdagangan tercatat defisit mencapai US$ 3,2 miliar, turun dibandingkan 2018 sebesar US$ 8,7 miliar.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waloyo menjelaksan potensi surplus seiring dengan defisit neraca perdagangan yang membaik di tahun lalu. Selain itu, perang dagang antara AS dan Tiongkok juga mereda didukung kesepakatan dagang tahap I yang diteken pada Rabu (15/1) waktu Washington.
"Defisit neraca dagang keseluruhan tahun lalu semakin membaik, jadi 2020 bisa surplus itu," ujar Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Jakarta, Kamis (16/1).
(Baca: Pemerintah Tarik Utang, Cadangan Devisa Desember Naik jadi US$ 129,2 M)
Dody memperkirakan kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang akan membaik tahun ini dan neraca perdagangan yang diperkirakan surplus diharapkan turut memperbaiki defisit pada neraca transaksi berjalan.
Adapun defisit neraca perdagangan yang membaik tahun lalu turut mendorong arus modal asing masuk ke Indonesia semakin kuat. "Itu semua membuat inflow masuk Rp 23 triliun," kata dia.
(Baca: BI Catat Modal Asing Masuk Tembus Rp 224 T pada 2019, Mayoritas ke SBN)
Sebelumnya, BI meyakini neraca pembayaran pada sepanjang 2019 akan mencatatkan surplus. Defisit transaksi berjalan atau CAD diperkirakan berada pada kisaran 2,5%-3% terhadap Produk Domestik Bruto. Namun, BI meyakini transaksi modal dan finansial akan mencatatkan surplus yang cukup besar sehingga mampu menutup CAD.
Pada kuartal III 2019, neraca pembayaran tercatat masih defisit sebesar US$ 46 juta. Hal ini seiring dengan defisit neraca transaksi berjalan yang mencapai US$ 7,7 miliar, atau 2,7% dari Produk Domestik Bruto atau PDB.