Pemerintah Bakal Hadapi Tantangan Berat Kerek Pertumbuhan Ekonomi 2020

Arief Kamaludin|KATADATA
ilustrasi gedung bertingkat dan pembangunan Indonesia. Pengamat menyatakan, Indonesia menghadapi tantangan berat untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,2% 2020.
Editor: Ekarina
30/12/2019, 07.16 WIB

Pengamat Ekonomi dan Politik (Ekopol) Fachry Ali menyatakan, Indonesia menghadapi tantangan berat untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,2% tahun depan. Pasalnya, kondisi perekonomian global masih menghadapi ketidakpastian dan dinilai belum menunjukan arah yang lebih positif.

"Sulit, setidaknya di akhir tahun 2019 Kita tidak melihat bahwa perkonomian global akan membaik," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Minggu (29/12).

Ketidakpastian perang dagang Amerika Serikat (AS) - Tiongkok, menyebabkan ekspor melemah. Indonesia, lanjutnya, bisa saja mendorong ekspor. Namun, hal itu tergantung seberapa besar permintaan global.

(Baca: Pengusaha Proyeksi Ekonomi 2020 Terancam Tumbuh di Bawah 5%)

"Permintaan global hanya akan berjalan ketika ekonomi negara yang menjadi target ekspor kita memerlukan bahan-bahan atau komoditas dari Indonesia," katanya di Jakarta, Minggu (29/12).

Di sisi lain, ketidakpastian ekonomi dunia juga mengakibatkan Indonesia diramal sulit mendapat investasi dalam jumlah besar. 

Lebih lanjut, terpilihnya Bahlil Lahadalia sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) juga menjadi angin segar bagi arah perkonomian di Indonesia. Pasalnya, menurut Fachry sosok Bahlil merupakan perwakilan dari wajah pengusaha yang mempunyai sensitifitas tinggi dalam mendongkrak investasi.

Pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga telah melakukan berbagai upaya guna merespon kondisi global saat ini. Salah satunya dengan pembentukan kabinet periode 2019-2024 dari kalangan pengusaha agar lebih sensitif terrhadap kondisi global.

(Baca: Ditopang Konsumsi, Bank Mandiri Prediksi Ekonomi 2019 Tumbuh 5,14%)

"Ketika Bahlil Lahadalia yang dari pengusaha itu ditunjuk jadi Kepala BKPM untuk meningkatkan investasi. Karena pengusaha sensitiftasnya tinggi di dalam konteks ini. Maka dia tahu peraturan-peraturan mana yang menghambat datangnya investasi," ujarnya.

Sementara itu, Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai, persoalan pokok terjadinya gejolak yang terjadi belakangan ini adalah ketimpangan sosial akibat stagnasi perekonomian global yang serius.

"Pada intinya, kita mengalami ketimpangan sosial ekonomi yang sangat serius. Permasalahan di Indonesia bukan radikalisme," ujar Siti Zuhro saat mengisi acara Outlook Ekonomi Politik Indonesia 2020 di kawasan Menteng Jakarta, Minggu.

Ia menambahkan kalau tidak ada perubahan yang fundamental, dimana pemerintah melakukan terobosan yang luar biasa, stagnasi akan terus terjadi.

"Ke depan akan suram (gloomy), kita harus mengatakan itu terutama kalau berkaitan dengan politik," ujar Siti.

Reporter: Verda Nano Setiawan