Dolar Amerika Serikat (AS) berbalik menguat terhadap sederet mata uang dunia seiring berkembangnya optimisme seputar negosiasi dagang AS dan Tiongkok. Dolar AS menguat terhadap yen dan swiss franc yang kerap menjadi safe haven di tengah pergolakan ekonomi dan politik. Dolar AS juga menguat terhadap sebagian mata uang Asia, termasuk rupiah.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah berada di zona merah sepanjang perdagangan Selasa (5/11) pagi ini. Saat berita ini ditulis, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp 14.029 per dolar AS, atau melemah 0,11% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Di Asia, rupiah melemah bersama yen Jepang 0,17%, won Korea Selatan 0,12%, peso Filipina 0,11%, ringgit Malaysia 0,01%. Sedangkan rupe India, yuan Tiongkok, baht Thailand, dolar Singapura, dan dolar Hong Kong tercatat menguat tipis kurang dari 0,1%.
(Baca: Dolar Menguat, Harga Logam Mulia Antam Turun Rp 5.000 per Gram)
Seperti disinggung di awal, dolar AS cenderung menguat terhadap mata uang mitra dagang utamanya, termasuk euro, yen dan swiss franc. Ini tercermin dari indeks DXY yang berbalik naik dalam dua hari ini. Saat berita ini ditulis, indeks DXY tercatat 97,6, naik 0,1% dibandingkan penutupan sebelumnya.
Head of Global Market Research MUFG Bank di Tokyo Minori Uchida, suasana di pasar cenderung risk on di tengah optimisme seputar negosiasi dagang AS-Tiongkok. Adapun kedua pemimpin negara disebut-sebut akan segera menandatangani kesepakatan dagang tahap pertama.
“Kita memperoleh berita positif tentang pembicaraan dagang. Ini Mendukung dolar, dan tren ini akan berlanjut,” kata dia, seperti dikutip Reuters.
(Baca: Harga Minyak Tergelincir di Tengah Keraguan Pemangkasan Produksi OPEC)
Selain kesepakatan dagang AS-Tiongkok, pelaku pasar masih mencermati arah kebijakan moneter AS ke depan. Bank sentral AS telah tiga kali memangkas suku bunga acuannya sepanjang tahun ini untuk merespons pelemahan ekonomi. Namun, data terbaru ekonomi AS tak seburuk yang dikhawatirkan dan memberikan dorongan positif untuk dolar AS.