Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan Senin, 21 Oktober 2019. Penguatan terjadi di tengah pasar yang menantikan pengumuman kabinet Jokowi-Ma’ruf.

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda dibuka pada level Rp 14.127 per dolar AS atau naik 0,14% dibanding penutupan Jumat pekan lalu. Hingga saat berita ini ditulis, rupiah masih tetap kuat. Rupiah menguat bersama mayoritas mata uang Asia lainnya.

Direktur Riset Center Of Reform on Economics Pieter Abdullah Redjalam melihat kondisi pasar mixed. Dari sisi domestik, masyarakat masih menantikan susunan kabinet baru Jokowi. "Pasar masih menahan diri karena menunggu pengumuman ini," kata dia kepada Katadata.co.id, Senin (21/10).

(Baca: Nadiem, Erick Thohir, Mahfud, dan Lutfi Disebut Masuk Kabinet Jokowi)

Penguatan nilai tukar rupiah yang terjadi pada pembukaan perdagangan awal pekan ini, kata dia, terbantu oleh lancarnya pelantikan Jokowi-Maruf, kemarin. "Lancarnya pelantikan presiden memberi harapan baru kepada perekonomian Indonesia," ujarnya.

Adapun berdasarkan survei yang dilakukan Katadata Insight Center (KIC) per September lalu, investor institusi menginginkan orang-orang yang lebih berpengalaman dalam tim ekonomi Jokowi-Maruf. Dari 272 investor institusi yang menjadi responden, sebanyak 62% menginginkan tim ekonomi diisi oleh orang-orang yang telah berusia 41-50 tahun.

Hanya 2% responden yang menginginkan tim ekonomi diisi anak muda berusia 21-30 tahun. Kemudian, hanya 12% responden investor yang menginginkan tim ekonomi Jokowi nantinya diisi oleh orang berusia 31-40 tahun. Sedangkan yang berharap tim ekonomi diisi oleh orang-orang yang berusia di atas 50 tahun atau di atas 60 tahun hanya 3%.

(Baca: Infografik: Investor Ingin Usia Tim Ekonomi 40-50 Tahun)

Selain isu domestik seputar kabinet baru, Pieter mengatakan isu eksternal masih terus menjadi faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar mata uang. Isu eksternal yang dinilainya tengah jadi sorotan yakni terkait risiko perang dagang AS dan Uni Eropa. Ini seiring keputusan arbiter World Trade Organization (WTO) dalam kasus subsidi Airbus.

Arbiter WTO memberikan hak kepada AS untuk membalas subsidi ilegal yang dilakukan negara Uni Eropa terhadap Airbus. Alhasil, AS kini bebas mengambil tindakan balasan terhadap UE, ataupun secara khusus untuk negara-negara penghasil pesawat Airbus yaitu, Inggris, Perancis, Jerman, dan Spanyol.

AS bisa mengenakan tarif hingga US$ 7,5 miliar atas barang-barang impor dari Uni Eropa. Meski demikian, Duta Besar Perdagangan AS Dennis Shea menyatakan bahwa AS masih memilih jalur negosiasi untuk mehyelesaikan sengketa tersebut.

Saat berita ini ditulis, mayoritas mata uang Asia juga menguat terhadap dolar AS. Dolar Hong Kong menguat 0,02%, dolar Singapura 0,06%, dolar Taiwan 0,05%, won Korea Selatan 0,39%, peso Filipina 0,11%, rupee India 0,03%, yuan Tiongkok 0,15%, dan ringgit Malaysia 0,05%. Sedangkan yen Jepang dan baht Thailand tercatat terkoreksi masing-masing 0,03% dan 0,14%.