Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis, 17 Oktober 2019. Beberapa faktor disebut-sebut menyokong penguatan nilai tukar rupiah, dari mulai optimisme terkait kabinet baru Jokowi, kebijakan moneter Bank Indonesia (BI), hingga faktor eksternal.

Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai tukar rupiah berada di posisi Rp 14.172 per dolar AS, menguat 0,1% dari kemarin. Sedangkan berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp 14.155 per dolar AS, menguat 0,12% dibandingkan kemarin.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim menilai, penguatan nilai tukar rupiah ada hubungannya dengan euforia akan kabinet baru Jokowi. "Pelaku pasar menunggu nama menteri-menteri yang akan dilantik presiden yang notabene 50% dari kalangan profesional,” kata dia kepada katadata.co.id, Kamis (17/10).

(Baca: Investor Institusi Tak Inginkan Milenial Jadi Menteri Ekonomi Jokowi)

Selain itu, ia menyebut optimisme pemerintah akan pertumbuhan ekonomi domestik di tengah melemahnya prospek ekonomi global turut menyokong penguatan nilai tukar rupiah. IMF baru saja memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 3,2% menjadi 3% tahun ini. Adapun pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,1%.

Secara pribadi, Ibrahim melihat potensi pertumbuhan ekonomi domestik bisa di atas 5%. "Walaupun gonjang ganjing ekonomi masih terus berlanjut, namun target di atas 5% akan tercapai jika Indonesia bisa menjaga konsumsi domestik yang tidak bergantung pada kondisi global," ucap dia.

Ia menambahkan, penguatan rupiah juga disokong oleh kebijakan-kebijakan Bank Indonesia (BI). Di satu sisi, BI terus melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi. Di sisi lain, langkah BI memangkas bunga acuan untuk memacu pertumbuhan ekonomi telah memantik aliran masuk modal asing ke dalam negeri.

(Baca: Erick Thohir Diisukan Menjadi Menteri, Saham Mahaka Media Loncat 13%)

Selain sederet faktor tersebut, ia mengatakan, penguatan rupiah juga disokong oleh faktor eksternal yaitu pelemahan dolar AS terhadap mata uang utama dunia. Saat berita ini ditulis, indeks dolar AS turun 0,15% ke level 97.85.

Menurut Ibrahim, dolar AS melemah akibat rancunya kesepakatan Brexit, ketegangan antara AS dan Tiongkok, ketegangan politik di Hong Kong, hingga data penjualan ritel AS yang buruk.