Nielsen: Optimisme Konsumen RI Posisi 3 Dunia, Ungguli AS hingga UEA

ANTARA FOTO/APRILLIO AKBAR
Warga memilih barang-barang belanjaan yang dijual secara daring di Jakarta, Kamis (18/7/2019).
1/8/2019, 14.54 WIB

The Conference Board dan Nielsen kembali melakukan Global Consumer Confidence Survey pada kuartal II lalu. Hasilnya, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) global cukup stabil di angka 107 persentase poin, sedikit naik dari kuartal sebelumnya 106 poin. IKK Indonesia stabil di angka 126 poin, tertinggi ketiga di dunia.

"Konsumen Indonesia paling optimistis setelah India (138 poin) dan Filipina (130 poin)," demikian tertulis dalam siaran pers Nielsen yang dirilis pada Rabu (31/7).

Global Consumer Confidence Survey ini dilaksanakan pada Mei 2019 terhadap lebih dari 32 ribu konsumen online di 64 negara di seluruh Asia-Pasifik, Eropa, Amerika Latin, Tengah Timur/Afrika dan Amerika Utara.

(Baca: Di Atas Prediksi, Inflasi Juli 2019 Capai 0,31% Karena Harga Cabai)

Sampel termasuk pengguna internet yang setuju untuk berpartisipasi dalam survei ini dan memiliki kuota berdasarkan usia dan jenis kelamin untuk setiap negara. Sampel probabilitas ukuran setara memiliki margin kesalahan ± 0,6% di tingkat global.

Secara berurutan, 10 negara teroptimis adalah India (138), Filipina (130), Indonesia (126), Vietnam (123), Amerika Serikat (121), Denmark (117), Tiongkok (115), Arab Saudi (114) Uni Emirat Arab (113) dan Malaysia (110).

(Baca: Transaksi Capai 2 Juta per Hari, Laba Bukalapak Naik 100%)

“Konsumen di Asia Pasifik tetap optimistis, dengan Tiongkok, India, dan Indonesia berfungsi sebagai pilar utama Indeks Keyakinan Global,” demikian tertulis. Di sisi lain, dua negara yang perekonomiannya lebih matang di kawasan ini, yaitu Jepang dan Korea, memperlihatkan penurunan optimisme.

Lebih Banyak Konsumen RI Menyatakan Negara dalam Keadaan Krisis

IKK dipengaruhi oleh tiga indikator, yaitu persepsi konsumen akan prospek lapangan kerja, kondisi keuangan pribadi, dan keinginan berbelanja dalam 12 bulan ke depan. Di Indonesia, dua indikator tercatat sedikit turun, namun satu lainnya naik.

Indeks persepsi konsumen akan kondisi keuangan pribadi tercatat sebesar 80%, turun dari kuartal sebelumnya 83%. Kemudian, indeks persepsi konsumen akan prospek lapangan kerja 70%, turun dari kuartal sebelumnya 72%. Terakhir, indeks persepsi konsumen akan keinginan berbelanja meningkat dari 56% menjadi 61%.

Ada beberapa hal yang menjadi kekhawatiran utama konsumen pada kuartal II lalu, di antaranya kekhawatiran akan keadaan ekonomi. Kekhawatiran konsumen akan keadaan ekonomi tercatat 36%, meningkat cukup tajam dibandingkan kuartal sebelumnya 31%.

Faktor ini diduga memicu lebih banyak konsumen yang menyatakan bahwa negara sedang dalam keadaan resesi pada kuartal II yaitu 57%, meningkat jauh dari kuartal sebelumnya yang hanya 51%.

“Tampaknya hal itu merupakan dampak dari Pemilu, dimana konsumen merasa bahwa keadaan ekonomi pasca-Pemilu masih tidak pasti,” kata Managing Director Nielsen Indonesia Agus Nurudin.

Di sisi lain, konsumen yang menyatakan khawatir akan stabilitas politik turun menjadi 31%, dari kuartal sebelumnya 34%. Menurut Agus, ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sudah lebih tenang dalam menyikapi setiap aktifitas politik yang terjadi di Tanah Air.

Kekhawatiran utama konsumen lainnya pada kuartal II di antaranya, keseimbangan hidup dan pekerjaan (16%), toleransi antarumat beragama (15%), dan kekhawatiran akan terorisme (13%) yang muncul di kuartal II, tapi tidak muncul di kuartal sebelumnya.